Friday, January 23, 2015

Birrul Walidain

Liburan belum habis, tapi saya sudah harus kembali ke tempat rantau karena sebuah kebodohan. masih ada sekitar 1 bulan lagi tersisa, jadi apa saja yang sudah saya lakukan selama liburan? Kalau kata anak jaman sekarang "da aku mah apa atuh" yang berasal dari bahasa Sunda, yang artinya sebenarnya saya tidak tahu pasti, tetapi, kira-kira gue mah apaan deh yang menyatakan kalau dirinya itu nggak ada apa-apanya dibandingkan sama orang lain, kasih tau saya ya kalau saya salah. Nge-scroll News Feed Facebook atau Path pasti ada saja yang posting foto entah landscape atau sekedar selfie, ada juga yang check in sana check in sini, di tempat-tempat catchy, dan tanpa sadar telah menjadi endorser bagi tempat tempat tersebut. Hari ini di Bandung, besok di Jakarta, kemudian di Malang, besoknya lagi di Bali, lalu di Gili Trawangan, sampai ke Raja Ampat. Ada yang dengan gaya Luxury Traveling, tapi ada juga yang Backpacker Traveling, semua ramai-ramai mewarnai News Feed saya.

Jalanan, Bis Kota. 19.45WIB
Malam itu, saya ada di pinggir jalan, bermandikan lampu jalanan, baru pulang berpetualang sendirian di kawasan kota tua. Dari Museum sampai ke Cafe Batavia, bertemu orang-orang baru, ngobrol sama abang yang menyewakan sepeda onthel, mendengarkan keluh kesah ibu penjual minuman, saya selalu menyukai momen-momen itu di mana saya bisa berbicara dengan orang-orang asing, tanpa sekat, hangat dan terasa akrab. Lalu, malam ini, saya menapaki jalan di kawasan Blok M, menunggu Bis yang akan menghantarkan saya ke rumah. Sesekali anak-anak punk lewat dengan wajah tangguh dan rahang yang keras, rambut merah tapi dengan sorot mata yang ramah, anak-anak ini berbeda, tapi orang-orang selalu menganggap mereka terlalu 'berbeda', apa salahnya menjadi berbeda? Saya duduk di di bangku ketiga di belakang supir, seperti biasa, di atas bangku berwarna orange yang beberapa bagian catnya mulai terkelupas. Jakarta pengap, Jakarta panas, tunggu dulu, Jakarta? Tuhkan lagi-lagi pars pro toto, yang panas kan cuma Metro Mini 69 jurusan BLOK M-Ciledug, kenapa yang dibilang panas jadi Jakarta? Padahal bisa saja di jakarta bagian entah sedang turun hujan.
Malam ini, saya mau beristirahat sejenak di dalam bis. Beristirahat bukan berarti terlelap, istirahat versi saya berarti memasang headset dan mendengar lagu-lagu syahdu nan menenangkan sambil mengamati orang-orang di sekitar saya, wajah-wajah lelah yang saya lihat, ah saya mau melihat sebongkah senyuman, adakah itu di dalam bis buluk berwarna oranye ini? Amati... Amati... Yak dapat! Senyum dari sepasang kekasih atau suami istri yang tengah bercanda di kursi pertama di depan pintu, senyum mereka seakan telah meluluhkan segala kelelahan yang memeluk raganya. Ah, indah... Lamunan saya jadi berlari kepada...

...

Taksi. Dharmais. 08. 35 WIB.
"Mama, maafkan aku ya mama
... Ma, maafkan aku"
"Iya, mama maafin"
"beneran ya ma, maafkan aku"

Si Anak seraya mengusap air matanya saat si Bunda bilang ingin memaafkannya. Cuma sepotong percakapan di sebuah Poliklinik di dalam Rumah Sakit Kanker terbesar di Indonesia, Rumah Sakit Dharmais. Pagi itu, Jakarta diguyur hujan sedari pagi. Enak sekali bisa tarik selimut dan melanjutkan berkeliling di Pulau Kapuk, tapi, tidak dengan pagi itu. Saya sudah berada di dalam taksi menuju Rumah Sakit itu. Tante saya, tengah berjuang melawan Leukimia yang dideritanya selama satu tahun terakhir. Saya masih tidak percaya sejujurnya, beliau begitu enerjik, bersemangat, hebat, a figure of a great mother ad also a carrier woman. Selama seminggu saya bertugas (sebenarnya bukan bertugas sih, tapi lebih ke...  kewajiban kultural) untuk menemaninya selama masa kemoterapi yang terakhir, dan baby-sitting si kecil yang masih kelas 4 SD.  tidak terasa, selama 3 minggu saya habiskan dengan kegiatan seperti ini.  Yang membat hal ini menyenangkan adalah, saya jadi punya kacamata baru untuk melihat hal-hal baru yang belum tersentuh oleh saya, mencoba memahami birokrasi rumah sakit yang katanya terbesar di Indonesia, berempati kepada mereka yang tengah berjuang, dan itung-itung belajar jadi ummi-able ya dari Si Kecil.

Ekspektasi vs Realita
Sejak Satu bulan sebelum liburan, saya sudah menjadi orang yang paling berisik soal masalah homesick entah di kelas, entah di sekretariat UKM, karena sedikit-sedikit saya akan megatakan "mau pulang, kangen kurcaci" atau "mau pulang kangen masakan mama" "mau pulang bla" "mau pulang blabla" dan blablabla lainnya. Di awal liburan sebelum saya pulang ke Jakarta, saya sudah berwacana untuk ngeluyur di kota kelahiran, dari Barat ke Timur, Utara ke Selatan. ngobrol dengan orang-orang baru untuk kemudian hasilnya saya post lagi di catatan ini. Tapi ada bentuk kewajiban yang lebih penting dan harus diutamakan, in shaa Allah ikhlas, selebihnya biar Allah yang tau.

Lagi, Allah selalu tau apa yang hambaNya butuhkan, bahkan saat hambaNya tidak menyadari itu. Allah ingat apa-apa yang saya lupakan, termasuk keinginan saya untuk punya Quality Time bersama keluarga saya di 2 bulan sebelum liburan, saat saya masih hectic-hecticnya dengan urusan organisasi. Perasaannya macam-macam, dari merasa gagal menjali Long Distance Relationship karena jarang bisa mengangkat telpon Mama dan menemukan 4-5 missed calls darinya, atau gagal menjadi cucu karena sering tidak makan di rumah, atau gagal menjadi keponakan karena tidak bisa rutin kembali ke Gunungkidul ke rumah Bude, atau gagal menjadi kakak karena tidak mampu membelikan hadiah ulang tahun yang bermanfaat untuk adik, segala kegagalan yang merujuk kepada gagalnya saya membangun sebuah Quality Time bersama keluarga saat saya kuliah. Saat itulah saya bertekad, untuk hanya fokus dengan keluarga saya, keluarga besar saya, membangun quality time bersama mereka, mengganti waktu 6 bulan saya merantau dengan melepas rindu dan menjalin silaturahmi. Tapi, namanya juga manusia, impian itu berubah dengan wacana saya untuk mengisi blog dengan catatan perjalanan untuk berbagi pengalaman dan perasaan. Wahai Allah yang Maha Pembolak Balik Hati, teguhkanlah hatiku dalam agamamu.

"Birrul Walidain ya dek"
Kata kakak, mentor, teman, yang tahu saya akan pulang. Selalu mengucapkan kata-kata itu yang artinya kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya, boleh juga bilang berbakti kepada orang tua. Sesekali saya pernah menyesal, "kok liburnya udah mau selesai, gue kan belom ngapa-ngapain" tanpa sedetik pun mengingat ini adalah pertolongan dari Allah dalam memberikan kesempatan untuk saya untuk berbakti dan belajar. Namanya manusia, sering khilafnya. Itulah kenapa, manusia itu dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, kata dosen Agama Islam saya di sebuah kuliah. Saya tidak mengatakan traveling itu sia-sia, toh itu penting juga untuk kesehatan psikis, untuk membuka cakrawala, karena sedjatinya, ilmu tidak hanya bisa di dapat di jenjang pendidian saja, bisa saja gurumu hari ini bukan dosen yang memakai jas atau sepatu pantofel yang disemir mengkilat. Siapa tahu gurumu hari ini adalah beliau yang memakai celana pendek, bau amis ikan laut, dengan sepatu boots karet dan tengah berdagang ikan hasil tangkapan. Tetapi, ternyata berada di dalam rumah pun bukan berarti membatasi kesempatan kita dalam mencari ilmu. Dari adik yang menagis, kita belajar untuk tidak justru memarahi mereka agar mereka diam, dari tante yang sakit kita belajar untuk terus semangat agar beliau juga semangat. Alhamdulillah, bisa punya Quality Time bersama keluarga, menguntai senyum di bibir mereka, bercanda bergurau mengeratkan silaturahmi yang hanya terjalin lewat Whatsapp, dan dalam hati saling mendoakan di setiap impian-impian yang dilontarkan di ruang-ruang obrolan bersama keluarga. Birrul Walidain.

...

Untuk Tante yang selalu bilang maaf karena membuat liburan saya terasa pendek..
Sesungguhnya tidak ada yang perlu dimintai maaf dari siapa kepada siapa, justru saya ingin berterimakasih atas segala ilmu yang telah diberi. Satu bulan ini, saya belajar akan syukur di setiap nafas yang diberikan-Nya, atas setiap nafas yang tidak hanya terdiri dari berkah, tetapi juga kewajiban, kewajiban untuk terus berbuat baik, untuk bersujud kepada-Nya. Juga ilmu untuk pentingnya memiliki pikiran yang positif di dalam diri, karena saat kita sendiri, kekuatan itulah yang akan membuat semangat kita kembali. Untuk semuanya, Anin mengucapkan banyak terima kasih.

...

Family's always been an open door,
just don't forget the path,
to lead you on..
Birrul Walidain :)







Saturday, January 10, 2015

Number One Playlist: Reality

Boom clap the sound of my heart
The beat goes on
Nana nana nana nana
...

This post is about the sound that I hear everyday now. A kind of sound that I’ve been missing for months when I was so-called sturggling with the deadlines, duties, people’s feeling, and so. Even, I’m not saying that I’m now off duties, but, ...
well here it goes.


Tok-tok-tok-tok-tok
First thing first, it’s not the sound of someone’s knocking the door. The next clue is that, there we’re gonna hear “yes, sekarang elu ngeceng!” Yup, we’re playing Congklak like all the time. Not a fancy one, I said. It’s just the plactic one and color with red, which was bought in Abang-abang(what are you trying to say, Nin?). Okey, the happy part of this is that I played it with my sister and......my mum. Yeah, you may think that it’s just a simple thing to do, but for me, it’s one of those reasons that make my mum so special to me and my sister, (instead of every mum is must be so special to their children), because she’s not only making me as her child for some situations, but she also can make me as her friends. That make us compliment each other, or complain, or argue, or play, but still one thing that I’m sure about her is that she loves this little heaven on earth called, family. I feel blessed then.

Kres-Kres-Kres-Kres-Kres
I remebered that moment in kindergarten when my teacher asked me, “Anin mau jadi apa?” And I answered surely proud (and innocently) without any doubts, “Mau jadi Tukang Risoles”. You may laughed, but it’s okay. Even I found it silly, somehow, but maybe it because I always saw this routines in my house, when my mom made a lot of cakes, but not for me, one of those cakes that she made and is my favorite, risoles. So, this is what I actually do, during my holiday, helping my mum making all of those cakes, Rainbow Cakes, Putu Ayu, Risoles, Klepon, Cake Tape, Cake Ketan, etc. And that sound is the sound of the carrots which I cut into the cube shape, ½ or 1 kilos a day, and I’m happy doing it, it feels like, back to the old days, because I can’t do it in Solo. It’s also the reason, why I put “Make a Bakery or a coffeshop complete with those deli-cakes” on my dream-list to be happened for the next 4 or 7 years ahead. Woohoo, God bless me!

Cring-cring-cring-cring
Since my dad has passed away around 5 years ago, so it’s impossible to have a little baby here in my house, and the fact that I’m not married..........(yet). But, there is this cute little boy, named Arjuna, and we call him Juna. He’s cute, he’s totally cute, we three, me my mum and my sister, love children like a lot, even that was the natural personality that every woman has, I guess. So, my sister love to bring him to my house, since he is my neighbor’s baby, and we play around together, he sometimes sleep in our bedroom, play with us, Oh he’s so cute. Oke, this paragraph is turning into annoying paragraph that is only adoring without giving any description about it, lol. And “cring-cring-cring” is the sound of the ball that will make that kind of voice when we shake it, the thing that my 13 years old sister bought to be kept in our house, so Little Juna will not be bored when he play in our house, how cute she is (sometimes). And with the way my sister sometimes keep Juna, I found a figure of mum that is dominated in her soul, I don’t know. Maybe because she’s the closest one with my mum, after daddy passed away, and as the moment went by, some people started to say “Anin ki, plek bapake”. Well, to whom do am I supposed to be similiar to, if it’s not with my dad or mum?

Srek-srek-srek-srek
No, it’s not like the sound effect in any horror movie, it’s the sound of my dream. No. It’s the sound of my handwriting in my little notebook to write my dreams. Since it’s a new year, (even I actually don’t really care if it’s a new year or not, because I believe that every day is a brand new day), I make some targets and a kind of timeline that some dreams gotta be realized. Well, one of them is I want to see how Islam touch the other side of this world, I want to know how those western people see Islam, not just from the media I read or heard or watch everyday, I want to make it as a field-trip not only to see how the other country is, or what their culture are. I want to learn about what do these people see Islam, how Musleem or Musleemah survive everyday as a minority in a country, I want to learn how do these Musleem keep their spirit for da’wah or how the Musleemah wear hijab confidently there. So, I put Australia as a dream to be realized for 12 months ahead. And I’m doing my reasearch with some friendsfor the project to Japan, and the most important thing is for the kids. Here’s my dream, I want to see Islam as fragrant as cherry blossoms, and as warm as Koala. Aamiin.

So, it’s not only picture that has a thousand words, cause today I write about 4 sounds and it contents with these almost one thousand words. No wonder, I ever heard, if you want to know more, you got to keep yourself in silence and just listen, that how the earth speaks to you.


And dream is only a dream,
Unless you get up,
And make it real.
Cheerio!








Monday, January 5, 2015

After All.

Been leaving for months, and here it is, my first post in 2015 with a super guilty feeling for abandoning this friend of mine, blog.

Let's recap 2014 in some words, well, 2014 is a real fast year, ever, it got me feeling like I'm driving a Ferrari in a dead street. I'm not going to say everything was easy in that year, cause it was not. Things sometimes got hard and I couldn't just walk over it, so, I through it (with tears, mostly). But yes, I learned a lot. This year has brought me such as lesson, and a spirit as well to learn more. at some point I kinda hating myself cause I can't tell any of my adventurous, challenging, or maybe inspiring stories to you. At one point, I'm too forgetful, that sometimes I can't even recover my mind, and I think I'm just not good enough for being a story teller, or writer. So, those stories are end up in my brain that somehow I'm myself forget about the whole thing. The whole thing, just to make it more dramatic. And it makes me think that,being a writer like I write on my bio, is not a statement or identity, it's a wish. Pathetic I know. But I found one thing that I love to do in this year, taking picture. I somehow started to think about learning more about photography, I think it's gonna be on my list this year. And finding a muse for being a music director. And be a Media Strategist. Hopefully one of them may come true. 


I'm not that very glad actually for welcoming this year, since my instinct says there will be so much things that will happen tomorrow, and it's AEC 2015, is now right on its way, hope that I, my country, the people, are ready. But, I want to start my  2015 with hopes, because there's so much things to do here, a social project that my friends and I initiate, and the family that my ass will get back to.

After All, hope that I could share more stories like I used to.


Cheerio,