What doesn't kill you makes you strongerStand a little tallerDoesn't mean I'm lonely when I'm aloneWhat doesn't kill you makes a fighterFootsteps even lighterDoesn't mean I'm over cause you're gone
Suara merdu Kelly Clarkson dengan musik yang menghentak di lagu "Stronger" berhasil mengaburkan suara hujan di balik ruangan dengan dinding kaca di luar sana. Seperti kata kutipan-kutipan yang berseliweran di media sosial, banyak dari mereka yang mengatakan, hujan yang turun tidak hanya membawa air, tetapi juga kenangan. Bella masih duduk di tempatnya, menatap kosong ke luar jendela di sebelahnya. Masih berusaha mencari suara tetesan-tetesan air yang berjatuhan, membasahi jalanan aspal. Bisu. Hujan kali ini terasa bisu, namun tetap saja tetesan-tetesan air itu seakan menyeringai dari kejauhan dan berkata, "Hai Bells, lihat apa yang aku bawa? Kenangan-kenangan ini siap aku tebarkan di kudapanmu malam ini, bersiaplah."
"Permisi kakak... Italian Red Soda dan Ocean Blue Soda-nya"
"Oh...eh...iya terima kasih."
Pelayan telah sukses mengacaukan lamunan Bella tentang kejahatan-kejahatan yang mungkin akan di bawa tetesan hujan kepada dirinya, Bella harus berterima kasih kepada pelayan itu sekarang. Hush! pikiran macam apa ini! Tetesan air hujan yang diberikan Tuhan adalah anugerah, lupakah Bella? Atau lupakah penulisnya? Kali ini Kelly Clarkson telah digantikan boyband asal Inggris yang menyanyikan salah satu singlenya yang berjudul "Little Things", One Direction.
Your hand fits in mineLike it's made just for meBut bear this in mindIt was meant to be
Pandangan Bella kini tertuju kepada seorang gadis kecil dengan pipi tembam seperti buah apel, rambut ikal kemerahan yang dikuncir kuda dengan jaket berwarna merah muda yang membungkus tubuhnya yang berisi. Sekarang dia tengah berusaha mengaduk Ocean Blue Soda yang ia pesan dan memainkan biji selasih yang ada di dasar gelas. Bella tidak menyangka memainkan biji selasih itu menyenangkan, hingga bahkan ia tidak menyadari bahwa dirinya telah diamati sejak beberapa menit yang lalu.
Bella dan adiknya tengah mengunjungi restoran yang dulu sering mereka kunjungi dengan keluarga besar mereka. Cukup aneh rasanya, mengingat setiap mereka ke sini, mereka sampai haru memesan sekitar 4-6 meja sekaligus dan kini mereka duduk berdua di meja berkapasitas 4 orang, berdua, terdiam seakan membiarkan keheningan menyeruak di antara mereka. Sementara itu, Bella lagi-lagi sibuk dengan lamunannya. Kali ini, kenangan-kenangan lamanya mulai berdatangan satu per satu. Tetesan-tetesan hujan tadi tidak main-main rupanya. Wajah ayahnya yang melahap pizza, adiknya yang minta tolong pizza di piringnya untuk dipotong-potong kecil dan dirinya yang sibuk makan sambil sms-an dengan kawan yang lain. Tersadar dari lamunannya, kembali di tatapnya lagi si adik yang kini tengah memainkan handphonenya.
"Kamu masih suka inget Ayah?"
Hening. Hanya gelengan pelan dari gadis kecil itu.
"Kok udah nggak inget?"
Ia terdiam, memberi gelengan pelan dan berkata lirih, "Nggak mau nginget."
Hening lagi.
Pelayan kembali datang untuk mengantarkan orderan mereka, keduanya langsung menyantap Fucilli Carbonara yang bertabur keju lembut di atasnya sebagai hidangan makan malam dalam diam.
Sepertinya, tidak hanya kenangan buruk yang tidak kita berikan tempat di dalam pikiran. Terkadang kenangan indah pun demikian. Tidak semua bisa tinggal.
Sepertinya, tidak hanya kenangan buruk yang tidak kita berikan tempat di dalam pikiran. Terkadang kenangan indah pun demikian. Tidak semua bisa tinggal.
No comments:
Post a Comment