Satu kata untuk hari Senin? Melelahkan.
But tiredness has no power at all compare to what I’ve got that day.
Setiap hari punya makna
yang tersebar di setiap rangkaian kejadian atau peristiwa, kadang kita hanya
perlu kacamata yang pas untuk melihatnya lebih jelas.
Hari Senin yang
melelahkan itu membuat saya menanmbah 1 lagi definisi kebahagian dalam hidup.
- Setelah yang pertama, berkumpul dengan keluarga kecil di rumah, memasakkan makanan untuk Mama dan Dedek, dan mereka menyukainya.
- Setelah berkumpul dengan para kurcaci, bermain UNO, berhasil mengalihkan fokus mereka dari game di gadget mereka masing-masing. Feeling like winnig the battle, sorry X-Box, iPod, iPad, PC, and cellphone.
- Setelah berkumpul dengan teman lama, ngopi-ngopi dan berbicara tentang masa depan, keadaan sekarang dan cerita amsa lampau, apa saja.
- Setelah dapat membantu siapa saja semampu yang dapat saya lakukan.
- Setelah, berjalan-jalan sendirian, mendengarkan musik lewat headset, berbicara dengan orang asing, terkadang mendengarkan keluh kesah mereka tentang anak mereka yang nakal di rumah atau tentang betapa mereka seolah menyiratkan keinginan akan menggendong cucu dari anaknya.
- Setelah mampu memberikan inspirasi bagi beberapa orang, entah yang ini sudah saya lakukan atau belum, tetapi sepertinya bagian ini pun akan masuk ke daftar definisi bahagia versi saya.
- Setelah saya menyadari bahwa keluarga mulai meminta pendapat saya tentang apa saja, politik atau bahkan tentang keputusan-keputusan krusial tentang keluarga saya sendiri. Akhirnya saya tidak dianggap seorang anak kecil lagi.
- Setelah saya mendapati diri saya dikelilingi orang-orang hebat dan menginspirasi, yang terus memecut saya lewat prestasi mereka untuk tidak diam, dan terus bergerak, untuk terus memberikan kontribusi saya untuk minimal lingkungan terdekat saya.
Malam itu, hari Senin
pukul 22.15 WIB, saya masih ada di sebuah tempat nongki di Jalan Surya. Bersama beberapa teman-teman istimewa yang
entah apakah mereka sadar atau tidak, tetapi saya belajar banyak dari mereka.
Ulang tahun Javanese
Retro yang kedua. Pada acara itulah, saya menemukan lagi definisi bahagia versi
saya. Malam itu, KMF(Komunitas Musik di mana saya bernaung), diundang untuk
merayakan ulang tahun tempat nongki tersebut(re: ngisi acara). Tanpa disangka
dan persiapan apapun, setelah didorong oleh beberapa teman, akhirnya saya ikut
mengisi acara tersebut. 1 lagu saja. Mas Nanda yang sebelumnya bilang “Lorde
aje Royals udeh sono...” Harus puas bertanya kembali ke saya saat saya kembali
duduk di tempat kami, “Kok kagak jadi Royals?” Karena saya memutuskan untuk
menyanyikan lagu Akang Adam dan teman-temannya. She Will Be Loved. Yes, I will be loved.
Saya tidak yakin suara
saya bagus. Mungkin ada beberapa pitch yang miss.
Atau beberapa fals di nada-nada rendah. Mungkin kalau ada pelatih vocal dari
KMVoice saya akan disuruh berhenti bernyanyi sedetik setelah saya memulai.
Tetapi, satu hal yang membuat saya bahagia. They enjoy it! (I guess?) Saya
tidak lupa bagaimana mereka ikut mendendangkan lagu yang saya nyanyikan,
beberapa ikut bernyanyi. Saya tidak lupa bagaimana beberapa dari mereka
menggoyangkan kepala mereka. Saya juga tidak lupa ada dua orang yang mengambil
gambar kami malam itu, entah yang diambil gambarnya saya, atau Mas Yudha atau
Mas Alan. Saya bahagia.
Definisi bahagia saya
malam itu bertambah satu,
“ happiness is to see people enjoy your music, dance their head out when you sing, when you play those instruments."
Bahagia itu sederhana.
Sesederhana hal-hal yang sudah aku sebutkan. Bukan sesederhana Rumah Makan
Sederhana Bintaro yang jauh dari kata sederhana.
No comments:
Post a Comment