"Mbak mbak, ngko awake dhewe ning kali sing wingi meneh?(Mbak mbak, nanti kita di kali yang kemarin lagi?)"
"Mbak mbak, aku nek dolan Pe-Es neng kene lho... (Mbak mbak, aku kalo main Playstation di sini lho...)"
"Mbak, aku nasine tambah (Mbak, aku nasinya tambah)"
"Mbak, larinya dari situ aja, aku maunya yang jauh..."
"Mbak, iki lho Petra bercanda terus..."
"Hayoo, katanya jam 4, nanti Tegar di strap lagi sama Bapaknya..."
Hari ini, lokasi pengambilan gambar dilakukan di daerah Jagalan, dekat dengan SD N Kalangan, dan juga berdekatan dengan sebuah rumah yang di dalamnya di penuhi keceriaan anak-anak yang belajar dan bermain, Rumah Ceria.
Ini kali pertama saya bertandang ke Rumah ini, bersama Tim kami, Tasya, Tegar dan Petra. Meminjam sebuah ruangan, sambil membuka perbekalan, kami langsung melahap makan siang sederhana kami, nasi dan lele yang cukup untuk ketiga adik kami yang setelah ini akan beraksi di depan lensa. Sambil makan, saya menemani adik-adik ini dengan menceritakan jalan cerita yang akan kami lakukan nanti di depan SD N Kalangan, sekaligus membuat kesepakatan bersama ketiga anak-anak ini.
"Nanti maunya pulang jam berapa?"
"Jam 4 Mbak.."
"Setuju semua jam 4?"
"Iya Mbak.."
"Oke, Kalo mau pulang jam 4 berarti nanti jangan sambil bercanda ya, biar bisa pulang jam 4"
"Wingi Petra lho Mbak"
"Koe yo Ho'o..."
"Udah-udah, tapi jam 4 ya? Kalo bercanda nanti diulang 1x, bercanda lagi diulang 2x, bercanda lagi diulang 3x, sampe banyaaaak, hii mau?"
"Nggak Mbak..."
Hasil merekam hari ini, sudah lebih baik dari hari yang kemarin. Anak-anak sudah lebih banyak bisa diajak bekerjasama. Saran Mbak Deka dan Mbak Yua dalam membuat kesepakatan sebekum dilakukan proses pengambilan gambar sangat membantu kami para crew film, haha gaya banget bilangnya crew film. Hanya memang tidak bisa dipungkiri kami kekurangan orang untuk "membersihkan area" saat proses pengambilan gambar sehingga akhirnya banyak bloopers saat adegan demi adegan kami lakukan. Kendala teknis di hari ini juga lebih banyak terjadi, seperti misalnya tiba-tiba kamera yang tidak bisa kami lakukan untuk merekam, dan tadaaaa, terima kasih Mas Zefa yang telah memberi kami berempat jalan keluar untuk kendala teknis yang ini. Akhirnya dengan terpaksa kami harus mengulangi adegan kami lagi, untung saja adik-adik yang mulai bosan ini masih semangat untuk diambil gambarnya, salah satu cara membangkitkan mood mereka adalah dengan bermain tebak-tebakan.
"Sapi sapi apa yang warna biru?"
"Apa ya...nggak tau mbak"
"Sapidol Biru!"
"Putih kecil bisa terbang cepet banget?"
Tegar geleng-geleng tanda tidak tahu apa jawabannya.
"nasi nempel di pesawat jet!"
Obrolan yang bagi orang dewasa yang masuk ke dalam kategori garing alias tidak lucu, tapi tidak bagi kami hari itu, melihat timbal balik dari teman-teman kacil kami yang ikut tertawa saat kami tidak bisa menjawab tebakan mereka atau semangat mereka yang dengan sesegera mungkin bangkit hanya karena bermain tebakan.
Satu hal yang saya pikirkan di detik detik setelahnya, kenapa kita seakan lupa bagaimana berinteraksi dengan anak kecil padahal kita pernah melewati masa itu? Apakah saat kita menjadi dewasa, tandanya kita benar-benar membuang segala jiwa anak kecil dalam diri kita? Ke mana jiwa-jiwa kecil mungil yang belasan tahun lalu hinggap di dalam diri kita? Tak tersisakah walau hanya sedikit? Walau hanya dipergunakan untuk berbicara dengan anak kecil? Hahaha apa ini, tulisannya menjadi tulisan curhat saya yang justru terlihat seperti orang yang bosan menjadi orang dewasa,eh tapi blog ini memang sebagian besar tentang curhatan saya sih.
Atau anak-anak Rumah Ceria yang bisa dibilang baru pertama kali bertemu dengan saya, mengingat ini pertama kalinya saya bertandang ke rumah mereka. Dua kata untuk mengungkapkan satu hari di Rumah Ceria, Menyenangkan dan Menginspirasi. Anak-anak ini menginspirasi saya dari cara mereka menjalin hubungan persahabatan dengan saya, katakanlah saya orang asing, tapi tidak ada rasa canggung yang muncul di anatara kami, mereka dengan sigap meraih tangan saya untuk bermain bersama mereka sebelum kami melakukan proses pengambilan gambar, menunjuk berbagai tempelan alphabet di dinding lengkap dengan gambar-gambar binatang sesuai dengan inisialnya, berlomba mencuri perhatian saya *ciye kepedean* dengan menyebutkan nama-nama binatang dengan lantang sambil menarik-narik tangan saya, jika ternyata fokus mata saya masih belum beralih dari satu anak ke anak lainnya, maafkan Mbak Anin ya sayang. Atau menemani Naja mewarnai dan tidak ingin ditinggal sampai-sampai ia tetap mengikuti dan kekeuh membawakan tas saya, walau isinya cukup berat, duh sayang.
Dua hal yang saya dapat hari ini, percaya dan mau memberi kesempatan. Ya, anak-anak menurut saya mudah sekali memberi kepercayaannya untuk orang baru sekalipun, di luar fakta dari sikapnya yang ini membuatnya menjadi sasaran empuk para penculik anak, tetapi hal tersebut menandakan betapa percayanya anak-anak ini bahwa di dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang baik. Walau kenyataannya tetap saja ada yang bertindak jahat terhadap orang lain, namun entah mengapa, saya masih berpikir, bahwa semua orang bisa saja baik, dan mereka diciptakan dengan baik untuk menjadi baik oleh Dia yang Maha Baik. Hanya saja seiring berjalannya waktu seringkali saya menemukan peristiwa oleh orang-orang yang bertujuan baik namun dengan cara-cara yang kurang baik, seperti halnya pada suatu waktu saya pernah membaca berita online di mana ada seorang ibu yang mencuri susu, demi memberikan susu untuk anaknya, beliau terpakasa menuri karena tidak mempunyai uang, dan di sisi lain, beliau ingin memberikan asupan yang bergizi untuk anaknya. Ibu ini baik, tetapi hanya caranya yang tidak tepat.
Dan anak-anak selalu memberikan kita kesempatan, kesempatan untuk dapat lebih dekat dengan mereka, kesempatan untuk diberikan maaf, kesempatan untuk memperlakukan mereka lebih baik lagi, dan kesempatan untuk belajar. Jika mereka tidak memiliki sifat ini, saya tidak yakin mereka akan dengan mudah menerima saya yang notabene orang asing untuk ada di sekitar mereka, bermain dan belajar walau hanya sebentar. Adik-adikku sayang, terima kasih ya sudah memberi Mbak pelajaran hari ini, kalian memang guru-guru hebat dan favorit Mbak di mata kuliah kehidupan :)
Saya jadi ingat adik saya yang kelas 6 SD itu pernah bertanya, "Mbak Anin punya adik lain di Solo?"
Satu hal yang saya pikirkan di detik detik setelahnya, kenapa kita seakan lupa bagaimana berinteraksi dengan anak kecil padahal kita pernah melewati masa itu? Apakah saat kita menjadi dewasa, tandanya kita benar-benar membuang segala jiwa anak kecil dalam diri kita? Ke mana jiwa-jiwa kecil mungil yang belasan tahun lalu hinggap di dalam diri kita? Tak tersisakah walau hanya sedikit? Walau hanya dipergunakan untuk berbicara dengan anak kecil? Hahaha apa ini, tulisannya menjadi tulisan curhat saya yang justru terlihat seperti orang yang bosan menjadi orang dewasa,
Atau anak-anak Rumah Ceria yang bisa dibilang baru pertama kali bertemu dengan saya, mengingat ini pertama kalinya saya bertandang ke rumah mereka. Dua kata untuk mengungkapkan satu hari di Rumah Ceria, Menyenangkan dan Menginspirasi. Anak-anak ini menginspirasi saya dari cara mereka menjalin hubungan persahabatan dengan saya, katakanlah saya orang asing, tapi tidak ada rasa canggung yang muncul di anatara kami, mereka dengan sigap meraih tangan saya untuk bermain bersama mereka sebelum kami melakukan proses pengambilan gambar, menunjuk berbagai tempelan alphabet di dinding lengkap dengan gambar-gambar binatang sesuai dengan inisialnya, berlomba mencuri perhatian saya *ciye kepedean* dengan menyebutkan nama-nama binatang dengan lantang sambil menarik-narik tangan saya, jika ternyata fokus mata saya masih belum beralih dari satu anak ke anak lainnya, maafkan Mbak Anin ya sayang. Atau menemani Naja mewarnai dan tidak ingin ditinggal sampai-sampai ia tetap mengikuti dan kekeuh membawakan tas saya, walau isinya cukup berat, duh sayang.
Dua hal yang saya dapat hari ini, percaya dan mau memberi kesempatan. Ya, anak-anak menurut saya mudah sekali memberi kepercayaannya untuk orang baru sekalipun, di luar fakta dari sikapnya yang ini membuatnya menjadi sasaran empuk para penculik anak, tetapi hal tersebut menandakan betapa percayanya anak-anak ini bahwa di dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang baik. Walau kenyataannya tetap saja ada yang bertindak jahat terhadap orang lain, namun entah mengapa, saya masih berpikir, bahwa semua orang bisa saja baik, dan mereka diciptakan dengan baik untuk menjadi baik oleh Dia yang Maha Baik. Hanya saja seiring berjalannya waktu seringkali saya menemukan peristiwa oleh orang-orang yang bertujuan baik namun dengan cara-cara yang kurang baik, seperti halnya pada suatu waktu saya pernah membaca berita online di mana ada seorang ibu yang mencuri susu, demi memberikan susu untuk anaknya, beliau terpakasa menuri karena tidak mempunyai uang, dan di sisi lain, beliau ingin memberikan asupan yang bergizi untuk anaknya. Ibu ini baik, tetapi hanya caranya yang tidak tepat.
Dan anak-anak selalu memberikan kita kesempatan, kesempatan untuk dapat lebih dekat dengan mereka, kesempatan untuk diberikan maaf, kesempatan untuk memperlakukan mereka lebih baik lagi, dan kesempatan untuk belajar. Jika mereka tidak memiliki sifat ini, saya tidak yakin mereka akan dengan mudah menerima saya yang notabene orang asing untuk ada di sekitar mereka, bermain dan belajar walau hanya sebentar. Adik-adikku sayang, terima kasih ya sudah memberi Mbak pelajaran hari ini, kalian memang guru-guru hebat dan favorit Mbak di mata kuliah kehidupan :)
Saya jadi ingat adik saya yang kelas 6 SD itu pernah bertanya, "Mbak Anin punya adik lain di Solo?"
"Mbak Anin punya adik lain di Solo?"
ReplyDelete"Nggak punya. Punyanya mas. Mas ketemu Gede" ........
...... Hening
Mas....ya Allah-_-
Delete