What a powerful message tho! Source: Instagram |
Untuk yang belum tau, apa itu body shaming dan apa aja lingkupnya, kita bisa mulai dari sini.
“Body shaming adalah istilah yang digunakan untuk kegiatan
(baik dengan mengomentari atau mencela) seseorang karena penampilan fisiknya.
Ruang lingkupnya bisa dengan mengomentari bagaimana kondisi tubuh kita (berat
badan, tinggi badan, warna kulit, bahkan sampai ke kemampuan fisik seseorang).”
Nah, paragraf di atas harus kamu ingat sampai waktu-waktu
setelah kamu membaca tulisan ini ya.
Saat kita bahas tentang body
shaming, yang ada di bayangan kita mungkin bagaimana
seseorang di-bully, dicela,
direndahkan karena penampilan, like we all ever saw on TV. Tapi,
faktanya adalah, body shaming ini gak
hanya bisa terjadi lewat celaan yang merendahkan seseorang. Since we live in Indonesia, pasti yang
namanya acara ngumpul, reuni atau acara-acara pesta lainnya, yang menuntut kita
bertemu dengan orang baru atau orang lama yang baru ketemu lagi membuat kita
jadi lebih sering dan mudah dalam berbasa-basi. Yang namanya basa-basi alias
membuka percakapan dengan orang alias mengakrabkan diri sebenarnya gak pernah
salah. Tapi pernahkah kamu mendengar pertanyaan atau pernyataan seperti saat udah lama nggak ketemu orang, dan begitu ketemu justru pertanyaan-pertanyaan kayak gini yang kamu dengar atau kamu sendiri yang megucapkannya,
“Wah kamu kurusan
deh! Udah bagus gini aja!” yang diucapkan dengan ketidaktahuan bahwa si lawan bicara mengidap anoreksia? bulimia? stres?
“Kamu sih makan terus, sekarang jadinya gemuk kan”
“kamu kerjaanya apa sih? Kok item banget sekarang?”
“Kamu perawatan kulit gitu loh, biar gak dekil, biar ada
yang naksir”
“Muka kamu sekarang jerawatannya gitu ya? Cantikkan yang dulu.” yang diucapkan dengan ketidaktahuan bahwa si lawan bicara ternyata sudah mencoba berbagai cara untuk melenyapkan jerawat-jerawat itu.
Dll.
Pertanyaan atau pernyataan seperti tadi gampang banget buat
ditemukan di dalam masyarakat kita. Bahkan, sangking seringnya, basa-basi kayak gini udah dianggap biasa sama sebagian besar masyarakat kita. Guys and Girls out there, I'm not being sensitive. But I think, it's the right thing to do. Kalau menurut aku, ini jadi salah satu
kebiasaan masyarakat yang seharusnya ditinggalkan, dan diganti dengan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih menggugah sisi simpati dan empati kita. Misal
seperti,
“Gimana di sana? Kamu betah kan?”
“Yang penting kamu seneng kan?”
“Kamu sehat kan?”
Atau sesederhana “Gimana kabarmu?”
Pertanyaan-pertanyaan kayak gini menurutku lebih menunjukkan
bagaimana kamu sebenarnya ingin terlibat dalam percakapan yang lebih dalam dan benar-benar ingin menanyakan kabar
sama teman yang udah lama gak ketemu. Kita gak mau kan berusaha akrab dengan
basa-basi seperti “kamu kurusan deh, udah kayak gini aja, lebih cantik” ke
teman kita yang ternyata penyebab kurusnya adalah stres atau
anoreksia/bulimia?
Sebenarnya body shaming ini gak hanya terjadi di antara orang-orang yang udah lama gak ketemu kemudian bertemu pada suatu kesempatan. Tetapi juga sering terjadi di antara hubungan pertemanan yang deket, they called it "sahabat" as the form of friendship in the higher level rather than "just friend". Sayangnya, banyak orang yang akhirnya mengiyakan aja,
"yaudahlah, dia kan temen gue",
"dia yang paling kenal gue, gapapa lah",
"gue udah biasa banget".
Guys, pernah gak denger ungkapan "sesuatu hal yang dilakukan berulang kali walau itu salah, lama-lama akan diterima". Never meant to preach you all guys, but, let me ask, "mungkinkah ini bagian dari 'kita yang mulai terbiasa?'."
Sebenarnya body shaming ini gak hanya terjadi di antara orang-orang yang udah lama gak ketemu kemudian bertemu pada suatu kesempatan. Tetapi juga sering terjadi di antara hubungan pertemanan yang deket, they called it "sahabat" as the form of friendship in the higher level rather than "just friend". Sayangnya, banyak orang yang akhirnya mengiyakan aja,
"yaudahlah, dia kan temen gue",
"dia yang paling kenal gue, gapapa lah",
"gue udah biasa banget".
Guys, pernah gak denger ungkapan "sesuatu hal yang dilakukan berulang kali walau itu salah, lama-lama akan diterima". Never meant to preach you all guys, but, let me ask, "mungkinkah ini bagian dari 'kita yang mulai terbiasa?'."
Teman-teman, body
shaming ini kaitannya dengan citra tubuh seseorang. Apa itu citra tubuh?
Citra tubuh ini adalah bagaimana seseorang memiliki tanggapan terhadap dirinya
sendiri. Hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh ini berkaitan juga dengan,
gimana kamu melihat dirimu, seberapa nyaman kamu dengan dirimu sampai ke
seberapa percaya diri kamu terhadap dirimu. Selain memang berkaitan dengan
bagaimana seseorang memperlakukan dirinya, citra tubuh juga dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Try to imagine, how does it feel to be bullied for 8
years, listening to the same freaking thing about you being fat? Kalau aku dihadapkan
dengan situasi seperti itu, pilihannya mungkin ada tiga, satu aku akan terbiasa
hingga aku jadi orang yang gak peduli dengan badanku dan gak sayang dengan
badanku, dua aku akan jadi orang yang rendah diri dengan badan yang aku punya,
tiga aku mungkin akan jadi orang yang terobsesi punya badan kurus hanya untuk
membuktikan aku bisa kurus dengan cara apapun. Iya, apapun.
Aku paham sih, setiap orang pasti punya standar cantiknya
masing-masing. Aku percaya itu. Sayangnya, hal ini jadi bias karena media yang
bikin standar cantik kita harus seragam seperti harus yang berambut panjang,
tinggi semampai, langsing atau kulit putih mulus tanpa cela. dengan standar
kecantikan yang sudah diatur sedemikian rupa, akhirnya kita berlomba-lomba
menjadikannya sebagai parameter cantik untuk menilai sudah secantik apa diri
kita atau sudah secantik apa orang lain. This might be where all the body
shaming stuff started. Body standard yang terus dibentuk media yang berusaha dicapai beramai-ramai
oleh para manusia yang terpapar sama setiap informasi yang mereka terima.
Tapi, jujur, aku juga mulai bersyukur, karena sedikit-sedikit produk-produk beauty dan skincare mulai punya campaign untuk menunjukkan sisi kecantikan yang beragam sih. Baik yang produk rambut, produk kulit, bahkan produk makeup sekalipun.
Tapi, jujur, aku juga mulai bersyukur, karena sedikit-sedikit produk-produk beauty dan skincare mulai punya campaign untuk menunjukkan sisi kecantikan yang beragam sih. Baik yang produk rambut, produk kulit, bahkan produk makeup sekalipun.
Nah, balik lagi ke kebiasaan kita dalam berbasa-basi yang
ternyata juga termasuk ke dalam perilaku body
shaming, baik itu dari nanya kabar yang justru berakhir mengomentari bentuk
fisik lawan bicara kita, atau menjadikan bentuk tubuh lawan biacara kita
sebagai bahan bercandaan hanya karena dia sahabat kita dan dekat banget sama
kita sehingga kita percaya dia tidak akan sakit hati atau melakukan hal-hal
negatif karena candaan kita yang ternyata celaan. Dunia ini luas, ada 7 milyar
lebih orang di dalamnya, ratusan spesies, dan kamu punya jutaan topik lainnya
untuk dibicarakan dengan lawan bicaramu selain dengan bentuk tubuhnya.
Dan teruntuk kamu yang menerima body shaming atau fat shaming
atau segala macam bentuk shaming hari
ini, aku percaya, orang-orang yang mengatakan hal-hal ini bakal selalu ada, they won’t be gone in a minute, and their
words were craved for hundred years maybe. Tapi, kita selalu bisa memilih
untuk kasih pertahanan terbaik yang kita bisa. Kita bisa kasih reaksi langsung
saat mereka melakukan body shaming ke
kita, kasih penjelasan panjang lebar kayak tulisan ini, atau, senyumin aja.
Tapi, sebelum kamu milih, aku juga percaya, bahwa energi
positif itu juga datang dari dalam tubuh dan jiwa kita. Perihal penerimaan diri
kita terhadap apapun yang Allah kasih pada tubuh kita juga harus sudah selesai
di bab ini nih. Kenapa? Karena dengan begini, dengan cara apapun kamu merespon body shaming, kamu bisa menghadapinya
dengan cara yang lebih tenang dan positif. Satu hal lagi yang perlu kamu ingat,
God has made you beautiful with
everything you have now, embrace it. Jangan biarin kata orang atau media
bikin kamu mengingkari nikmat yang udah Allah kasih. caranya dengan bersyukur
dan merawat dengan baik apa yang sudah diberi.
Love yourself, by taking care every single thing in your body.
Now, have you love yourself today?
with love,