Bismillahirrahmanirrahim
Malam ke 30, malam
terakhir di bulan Ramadhan.
Sebelum Mama saya kembali
menyuruh membereskan ruang tamu, ada sedikit cerita(dari imajinasi saya
sendiri) yang ingin saya bagikan di halaman ini.
Katakanlah, di suatu
samudera, ada sebuah kapal yang tengah berlayar. Melaju dengan cepat. Lengkap dengan
kompas, dan jaket keselamatan yang cukup untuk semua awak kapal yang ikut
melaut. Satu-satunya tantangan yang mereka temui adalah cuaca yang mungkin bisa
berubah dalam sekedip mata, atau batuan karang yang bisa membuat kapal mereka
karam. Tapi tenang, awak-awak ini sudah terlatih, sudah diajak belajar mengenai
lautan, dan siap untuk terjun kapanpun ke laut jika suatu hal darurat terjadi.
Di samudera lainnya, ada
lagi sebuah kapal yang ingin melaju,
tapi ia tak punya kompas, jaket keselamatannya hanya tersedia beberapa saja,
tidak cukup untuk semua awak yang ada di atas kapal tersebut. Awaknya pun bukan
berasal dari sekolah kelautan atau lembaga lainnya yang mampu mendidik mereka
untuk benar-benar terjun ke laut. Tapi tenang, kapal ini masih tetap melaju
walau pelan-pelan, sangat pelan-pelan. Yang membuat kapal ini terus melaju
walau pelan-pelan adalah karena awak-awaknya beberapa kali belajar dari
orang-orang, ya walau tidak terus menerus diterapkan. Tantangan mereka tidak
hanya cuaca dan batuan karang, tetapi melaut itu sendiri karena selama ini
kurang begitu mengenal bagaimana harus bertahan di laut.
Kemudian cerita itu
berhenti di situ saja, tak ada akhir. Tapi dua penggal paragraf itu menghasilkan
sebuah kata tanya dalam otak saya, “Jika, disuruh memilih, kapal mana yang mau
kamu tumpangi?”
Kau bisa saja memilih
kapal yang pertama, kau justru bisa belajar banyak dari orang-orang yang sudah
memiliki banyak pengalaman untuk melaut, kau juga bisa berlayar dengan aman,
terang saja, kau punya kompas, kau punya jaket pelampung, secara kasat mata kau
akan aman, Sobat.
Tapi, juga bukan suatu
kesalahan atau kutukan ketika kau harus ditempatkan di kapal kedua. Walau memang
tak cukup jaket pelampung untuk semua awak, dan mungkin kau adalah satu-satunya
yang tak kebagian, tapi kau bisa mengajarkan semua awak untuk berenang,
sehingga hidup kalian tak hanya digantungkan pada jaket pelampung. Tapi kau tak
punya kompas? Lupakah kau, kalau kau sedang ada di laut, di mana polusi cahaya
ditemukan paling sedikit kemungkinan bisa terjadi di tengah laut lepas? Di mana
kau bisa melihat banyak bintang dan membaca arahnya untuk menuntunmu ke
tujuanmu. Lagi pula, hal itu sudah pernah dilakukan oleh para pelaut terdahulu.
Walau lebih banyak tantangannya, bukan tidak mungkin kau juga akan bertemu
dengan mereka dari kapal pertama dengan menumpang di kapal kedua, Sobat.
Percayalah, Allah tidak
pernah salah menempatkan kita di suatu tempat. Karena Dia tahu kapasitas hingga
batas kemampuan kita.
Saat suatu tempat dilihat
terlalu gelap untuk ditinggali,
mungkin saat itu Dia
ingin kita yang menjadi awal dari cahaya abadi.
Taqabbal Allahu minna wa minkum
Happy Eid Mubarak 1436H
No comments:
Post a Comment