For others,
midnight means a time when we could leave it all and get some rest, while for
some people, midnight means, life is about to start...
Kejamnya media
akhir-akhir ini sebenarnya membuat saya terkurung di dalam kontemplasi saya
sendiri, apakah saya harus memajangnya di blog atau tidak, bukannya berpikir
hal apa saja yang nantinya akan saya jelentrehkan.
Tapi, sambil mikir, lebih baik saya tuliskan...
Beberapa hari lalu saya
mendengar kabar, seorang aktor, komedian, inspirator, pemenang penghargaan bergengsi
di dunia perfilman akhirnya menutup usia, Robin Williams, siapa lagi. Si Aktor,
salah satu faktor kenapa masa kecil saya begitu menyenangkan lewat film-filmnya
yang tak bosan-bosannya saya tonton hingga sekarang saya menginjak angka 24 di
bulan ke tujuh untuk yang ke sembilan belas kalinya. Di tengah prestasi dan
kebahagiaan yang terlihat di mata kamera dan paragraf-paragraf pemberitaan
tentang dirinya, sungguh sangat disayangkan, aktor ini justru mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri karena depresi yang dideritanya. Diketahui beberapa
kali, Si Aktor juga keluar masuk panti rehab akibat ketergantungannya terhadap
alkohol. Dan akhirnya Si Aktor menutup usia di umurnya yang ke-63 yang diduga
karena asphixia, atau kekurangan asupan oksigen ke otak.
Kali ini saya tidak ingin
membahas detail tentang kematian si aktor. Bagaimana kondisi istri dan keluarga
setelah ditinggalkan, apa tanggapan pengacaranya, bagaimana perasaan
teman-temannya, bagaimana prosesi pemakamannya, siapa saja yang hadir di
pemakamannya, jika anda menginginkan berita tentang itu silahkan ketik Robin
Williams suicide atau apalah di search engine anda masing-masing, atau
tonton saja infotainment dengan presenter haha-hihinya.
Saya menyadari suatu
ironi yang justru hadir di tengah hal ini. Tentang bagaimana sikap beberapa
orang di media sosial beberapa hari ini setelah kepergiannya. Ada yang
meledak-ledak sedih akan fakta kepergiannya, ada yang respect dengan
karya-karyanya, ada juga yang memilih untuk mengabaikannya begitu saja.
Namun, yang menjadi ironi
adalah saat entah berapa ribu orang di dunia ini, yang meregang nyawa di rumah
sakit; yang bergulat dengan kanker bertahun-tahun berperang dengan kematian, siapa
tahu Tuhan berbelas kasih kepadanya lantas memberinya kesempatan lagi untuk
hidup and makes everything’s right;
anak-anak jalanan menyanyikan lagu orang dewasa yang tak mereka tahu esensinya
demi sebungkus nasi yang dimakan bersama 10 temannya; anak-anak korban perang,
anak-anak penderita busung lapar; atau siapa saja di belahan bumi lainnya yang
sedang berperang dengan masalahnya masing-masing untuk bertahan dan mendapatkan
tempat entah di sudut bagian mana di bumi ini. Sayang sekali, perhatian untuk
mereka ini teralih oleh seseorang yang bisa dibilang punya segalanya, harta,
keluarga, istri yang mencintainya, orang-orang di dunia ini yang menyayanginya
lewat karya-karyanya, dan lain sebagainya, tapi tidak menghargai anugerah
terbesar yang diberikan Tuhan kepadanya, hidup.
Suicide is never an
option for those who’s facing any problems. I can’t even think to myself why,
how sad it is to make some people choose ‘it’ to be something like, the way out
of their probs? Maybe it’s true, we never know how it feels if we never stand
on someone’s shoes. But, that’s why it’s so much important to have God inside
of our hearts, to fulfill some empty parts of it, to ease every sadness, to
give us lots of positive thoughts that everything will be alright, to keep us
going, to give us faith and belief.
I ever met that one
problem that brought me down to the deepest sadness in my life. That was when I
lost my dad. I was thinking that my life is over, I thought that it’s a kind of
curse that God gave me, I thought He’s cruel, I thought He’s unfair, and
stuffs. I know right, I was too labile that time. But... something has brought
me to the new point of life, I even forgot what or where or when exactly it
happened. And yes, for the first time, I believe that everyone has their own turning point.
And now, I have an
analogy for a problem whenever I get it, it’s like, a bell that’s rang by your
Mom, when you’re playing too far from home. It’s something that God gives us
whenever we almost cross the line, it’s something like a reminder for us to go
back home, to go back to God. That’s just how I see it now.
Life is a
playground, you can play whatever you want, but still remember the rules, don’t get lost and don’t forget to go back
home –Anindya Roswita
Ah tau apa saya soal
hidup, kalian yang membaca pasti tau lebih banyak soal hidup. Bagi saya hidup
adalah soal penghargaan, penghargaan kita untuk Dia yang memberikan kita hidup,
penghargaan untuk mereka yang membuat kita hidup, penghargaan untuk diri
sendiri yang terus berjuang untuk hidup.
Semoga kita yang disuguhi
berita tidak hilang arah atau larut akan kesedihan karena ditinggalkan Si Aktor,
semoga kita tetap bisa membuka mata untuk mereka yang masih memperjuangkan
hidup.
Untuk Si Aktor,
Sing me to sleep
Sing me to sleep
And then leave me alone
Don’t try to wake me in the morning
‘cause I will be gone
Don’t feel bad for me
I want you to know
Deep in the cell of my heart
I will feel so glad to go
(Asleep-The Smiths)
yang menabur semangat kepada
mereka untuk hidup,
yang mungkin kala itu
lupa betapa berharganya kesempatan untuk hidup.
Selamat jalan, Genie,
Mrs. Doubtfire, Robin Williams, ...
No comments:
Post a Comment