Langit masih sore, tapi
sudah terasa sangat larut bagi saya, yang rencananya berantakan, sementara
bayangan akan duduk manis di kereta, melanjutkan Jakarta Kafe-nya Tatyana,
mendengarkan Sweet Disposition-nya
The Temper Trap, duduk bersama teman-teman Rohis semasa SMA, lalu lalang
bergentayangan di langit-langit otak saya, mencemooh pemiliknya.
Untung saja, nasi sambel teri, tahu bacem yang dibakar
lagi serta segelas kopi hitam dari Angkringan Pak Lodhang sedikit mengobati
rasa kesal saya yang rencananya porak poranda. Tapi, untuk apa saya saat ini
menulis kalau tidak ada yang menarik, acara ngupi-ngupi malam hari itu memang
selalu memberikan pencerahan untuk pikiran saya, sekeruh apapun keadaannya.
#tsaah
Baik, pertanyaannya
berawal saat tadi saya sampai di Angkringan Pak Lodhang yang hanya berjarak kurang
lebih 100 meter dari kediaman Si Mbah. Hanya ada seorang bapak yang duduk di
angkringan malam ini, sambil terus membicarakan Liga Champion dari tahun ke
tahunnya, sedikit teriris saat jadi pendengar rahasianya karena ia tak juga
menyebutkan tim dari Liverpool, tapi bukan di situ fokus saya. Selagi Pak Lodhang
membakar tahu bacem saya lagi agar lebih kering, saya terjebak dalam sebuah
kontemplasi apakah jahe hangat atau kopi hitam yang akan saya pilih untuk
menghabiskan malam saya. Setelah dikira cukup kering, Pak Lodhang memasukkan
tahu-tahu enak bacem, dan barulah saya akhirnya bertitah menambah
pesanan “Kopi item juga ya pak...” dengan wajah keheranan dan mengulang kata “kopi
item?” untuk memastikan yang ia dengar memang benar. Selesai dibuat di gelas
besar, macam gelas-gelas yang dipakai untuk iklan minuman pembangkit energi
dengan almarhum juru kunci satu gunungnya, tanpa bertanya lagi kepada saya, Pak
Lodhang langsung memasukkan kopi saya ke dalam plastik dan mengikatnya rapat.
Kenapa beliau bahkan tidak menanyakan “minum sini atau bawa pulang?” ?
Orang tua pasti menjawab “udah malem, ora elok cah wedok
mbengi-mbengi metu omah”, atau “udah jam malam, nggak baik, bahaya, banyak
cowok nggak jelas.” Ah jadi kesal, laki-laki yang nggak jelas, jadi perempuan
yang repot, padahal tau sendiri, kopi panas yang sudah campur plastik dan di
bawa pulang kan rasanya tidak sedap. Faktor budaya juga? Wah bisa jadi. Saya
tinggal di tanah yang mayoritas penduduknya adalah suku jawa yang sangat
menjaga kaum perempuan, yang pamalinya
seabrek untuk perempuan yang keluar
malam hari. Lalu, pikiran saya terbang ke kota-kota besar, di mana semalam
apapun perempuan ingin membeli makanan atau minuman dari kedai mereka masih
diberi pertanyaan “makan di sini atau take
away?” Bukan iri. Justru saya takut. Takut, kalau-kalau stereotype yang
berkembang selama ini bahwa kota besar yang identik dengan modernitas dan gaya
hidupnya yang sudah jauh temponya dari kehidupan kami-kami ini yang di desa,
membuat entah berapa banyak dari kita berpikir bahwa “jangan pulang malem-malem” sebagai ungkapan posesif
tak berdasar, bukannya protektif.
Padahal, modern atau tidak, bukan berarti mengabaikan kepentingan
perempuan itu sendiri, yaitu dijaga. Ada lagi yang aneh, iya ini tentang
laki-laki yang aneh yang mengatakan “perempuan katanya ingin emansipasi, tapi
kalo nggak dapet tempat duduk di bis aja ngedumelnya ampun-ampun deh sama
laki-laki yang duduk”, haha pernah dengar itu? Saya pernah. Emansipasi itu
tentang persamaan hak, agar perempuan dapat merasakan hak untuk berpendidikan,
dianggap sebagai manusia yang merdeka selayaknya laki-laki, namun tetap
mengakui keberadaan dan kodrat bahwa memang laki-laki terlahir untuk memimpin
perempuan,eh ini menurut saya ya, boleh juga dibetulkan, saya juga masih
belajar. Opini saya, soal tempat duduk, itu sih tentang kesadaran si laki-laki
tentang kelaki-lakiannya sih, karena mau disamakan seperti apa, fisik perempuan
memang tidak sekuat laki-laki, itulah salah satu fungsi laki-laki, menjadi
proteksi bagi perempuan, dalam kasus tempat duduk di bis tadi, mendahulukan perempuan
bisa jadi salah satu cara laki-laki menjalankan fungsi proteksi bagi perempuan.
Lucu sekali malam ini. Saya
kesal-kesal, sedikit bicara dari sore sampai malam begini, tapi ternyata
berjalan sedikit ke Angkringan Pak Lodhang mampu membuat saya menuangkan kopi
pikiran saya di program Word yang setiap malam selalu saya buka, kalau-kalau
ada hal yang tiba-tiba ingin saya tulis, sayang sekali lebih sering saya
biarkan kosong. Memang lucu dan macam-macam Allah memberikan obat hati bagi
umatNya...
Kopi di gelas sudah
hampir setengah, tiba-tiba muncul satu lagi pertanyaan saya sesaat sesudah saya
menyeruput kopi saya barusan. Kenapa ya perempuan selalu diberikan hidangan
kopi kontemporer sedangkan laki-laki
identik dengan kopi-kopi konvensional seperti black coffee, long blackk coffee atau espresso di hampir setiap novel atau cerpen yang saya baca? Apa
karena Latte, Machiatto, atau Capuccino dianggap lebih soft, kadar kafeinnya tidak sekuat grup kopi yang saya sebutkan
sebelumnya, sehingga dianggap lebih cocok untuk perempuan dilihat dari
karakternya? Jangan-jangan di masa depan akan ada kategori feminin dan maskulin
untuk kopi? Bahaya sekali itu, saya jadi membayangkan, nanti saya tidak bisa menikmati
Kopi Jahe favorit saya. Atau memang itu faktanya? Perempuan memang lebih
tertarik menikmati kopi-kopi ‘cantik’ dengan topping yang bervariasi atau foam
menjulang yang lebih unik untuk dijadikan post di Instagram atau Facebook?
Bagaimana menurut kamu, wahai perempuan?
Dan ingatlah pesan sang surya
Pada manusia malam itu
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Tuk mengingatnya di saat dia tak ada
Esok pasti jumpa
−Banda Neira(Kau Keluhkan(Esok Pasti Jumpa))
Eh, ternyata sudah tiris
rasa kesal saya. Pasti ada hari lain untuk merencanakan ulang apa-apa saja yang
tertunda, semoga.
Terakhir
Selamat malam para
perempuan dalam penjagaan
‘Jangan pulang malam’ itu
bentuk perhatian
Sekian
Maaf tentang tempat duduk saya ga setuju kalau kelaki-lakian harus dihubungkan dengan selalu kehilangan hak duduk. Ada kalanya laki2 jg sangat butuh tempat duduk(termasuk saya) sehingga mau naik dr ujung terminal/stasiun. Mgknkah wanita bs melakukan hal yg sama drpd selalu berpikir bs mengusir laki2 yg sudah duduk lbh dulu? Terima kasih. Wanita jg diciptakan utk merawat laki2 lho, krn laki2 jg bs lemah dan sakit majanya Tuhan ciptakan wanita, jgn lupa. Thx
ReplyDelete