Kamu bisa membeli banyak jam tapi kamu tidak akan bisa membeli waktu−Triana Rahmawati
Akan banyak momen penting di tahun 2014 ini. Salah satu yang paling penting
adalah adanya PEMILU 2014. Tahun inilah setiap partai yang ada di negeri
menyodorkan jago-jagonya ke hadapan rakyat, bergaya di panggung politik dengan
make up cantik dari para konsultan politik mereka, berlenggak-lenggok dengan
retorika yang menyerukan ‘Pemimpin Pro Rakyat’, memberikan janji-janji agar anak
di rumah tak kebingungan mencari sekolahan, agar ibu di pasar tidak pusing
dengan harga belanjaan, dan ayah di lapangan mudah dapat kerjaan.
2014 tahun yang penting dan krusial.
Kenapa? Mudah saja, karena pada tahun ini, Indonesia akan menyongsong gerbang
bernama Pemilu untuk memilih kepala keluarga negara dan pemerintahan
untuk memimpin selama 5 tahun ke depan, menggantikan pemimpin terdahulu yang
sudah berlaga selama dua periode. Di sinilah rakyat kembali menjadi sasaran bagi
partai-partai yang akan berlaga, mencari dukungan dan memastikan dukungan
mereka terealisasikan dengan tinta merah yang ditorehkan di selembar surat
suara saat Pemilu nanti.
Di tengah isu media mainstream yang terus menggembar-nggemborkan
kebobrokan, keburukkan dan ketimpangan yang berdampak pada coreng-morengnya
citra pemerintah di hadapan rakyat, efek lainnya yang berdampak langsung bagi
rakyat terutama pemudanya adalah timbulnya apatisme. Hal ini membuat mereka
semakin jauh dari pemerintah, tidak peduli dengan berbagai kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan untuk minimal dikritisi atau diberikan saran agar lebih baik
ke depannya; juga membuat mereka kehilangan rasa memiliki dengan negara mereka.
Hari ini berarti 37 hari menuju momen penting itu, Pemilu 2014. Mereka yang
membuka mata pasti akan mulai browsing
track record para calon yang wajahnya akan mewarnai surat suara, mulai sharing-sharing terkait pemilu dan
calon-calonnya atau minimal membuat tulisan untuk dipublish di media sosial
atau blog untuk memblow up momen super penting ini sebagai reminder bagi mereka
yang mungkin lupa.
Beberapa waktu lalu saya menggunakan hastag di Twitter #FISIPAntiGolput untuk pemilihan presiden BEM periode 2014/2015,
kebetulan saya adalah salah satu panitianya yang juga diberi mandat untuk terus
meramaikan Timeline dengan tweet ajakan untuk mencontreng dan menjauhkan warga
Fisip dari apatisme. Walaupun hanya di skala kecil, yaitu kampus, saya merasa
hal ini memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir saya tentang pemilihan
umum.
Ada satu jargon yang saya gunakan waktu itu, “No Vote No Complain!” Nggak
milih nggak komplen. Kira-kira seperti itu jika dialih bahasakan. Saat kamu
tidak menggunakan hak suaramu, saat itulah kamu tidak bisa mengkritisi. Mereka
yang golput adalah mereka yang tidak punya rasa tanggung jawab bahkan atas
suaranya sendiri. Mereka yang golput adalah mereka yang masuk ke golongan orang
paling labil se-Indonesia Raya. Bagaimana tidak? Saat memiliki kesempatan untuk
memilih satu orang untuk memimpin atau untuk mewakilkan suaranya di kursi
parlemen, mereka tidak menggunakan suaranya, namun saat wakil terpilih atau
pemimpin terpilih melakukan suatu kesalahan, mereka yang berkoar-koar dengan
suara paling keras, padahal saat di dalam bilik, bahkan mereka tidak memihak
satu pemimpinpun yang masih pro rakyat.
Kemudian ada lagi mereka yang masih mengatakan “suara gue nggak ngaruh”. Hal ini benar-benar salah dan di luar
logika. Bagaimana mungkin suara anda tidak berpengaruh? Saya teringat dengan
proses penghitungan surat suara untuk Pemilihan Umum yang dilakukan FISIP
beberapa hari yang lalu, bahkan suatu pemilihan umum dapat diulang jika ada
kesalahan dalam pencatatan DPT atau jumlah surat suara yang ternyata tidak
sinkron antara kotak suara satu dengan kotak suara lainnya. Dan dengan bukti
itu semua, masih juga ada yang mengatakan “suara
gue nggak ngaruh”? Think Twice, think three times, think thousand times!
Jangan hanya sibuk berkoar-koar tentang ‘dream
nation’ dan hal-hal dengan idealisme tinggi lainnya namun enggan untuk
terjun langsung untuk merealisasikannya menjadi bagian dari gerakan perubahan! Ikut
andil dalam Pemilu adalah momen di mana kita mulai melangkah.
Bangun, karena saat kamu bangun yang lain masih tidur. Berjalan, karena saat kamu berjalan yang lain baru saja bangun. Berlari, karena saat kamu berlari yang lain baru mulai berjalan. –Triana Rahmawati
Sekarang suara-suara “suara gue nggak
ngaruh” sudah mulai memudar, digantikan “gue
kuliah dan gue ngekost, gue cuma kedaftar di TPS di alamat rumah gue, dan rumah
gue jauh, harus naik mobil 8 jam, naik kereta 12 jam, naik pesawat, naik kapal,
naik roket, naik kapal selam...modal gede banget kalo pulang, bukan nggak mau
milih tapi nggak mau rugi.” Tenang-tenang, semua harap tenang!
No Sacrifice no victory−Archibald Witwicky(Transformers)
Tidak ada satu hal pun hasil yang dapat dipetik di dunia ini tanpa melalui
sebuah proses, tanpa sebuah usaha. There’s
no such thing as magic. Magic itu hanya ada di acara hipnotis yang itu juga
settingan−fixed, berarti itu bukan magic. Bahkan orang yang ingin bermimpi(harfiah) harus tidur dulu. Bahkan orang
yang ingin merealisasikan mimpi mereka, harus bangun dulu. Hal tersebut juga
berlaku untuk mengurus segala persyaratan untuk ikut berkontribusi dalam memperbaiki
Indonesia lewat Pemilu 2014, pasti ada step-step yang harus dilalui dulu.
Untuk kalian yang memang kuliah di daerah asal atau TPSnya masih bisa
ditempuh dengan waktu yang singkat dari tempat kost atau kampus, berbahagialah,
karena proses yang kamu lalui berarti lebih pendek. Sebelumnya, untuk tahu di
TPS mana kamu mendaftar silahkan cek di http://www.kpu.go.id.
Untuk bagian ini kalian yang merasa anak rantau benar-benar harus
mencermatinya poin demi poin agar dapat memilih di kawasan sekitar kampus atau
kost, caranya :
Ø Cek nama kamu di https://data.kpu.go.id Jika namamu sudah terdaftar di TPS tempat tinggal asalmu, segera urus pindah TPS dengan langkah sebagai berikut:
1. Datang ke Kelurahan tempat kamu terdaftar sebagai pemilih dengan membawa KTP dan KK−yang ini boleh diwakilkan.
2. Mintalah permohonan pindah pilih ke panitia PPS di kelurahan/desa mu
3. Bawa surat pindah PPS dari daerah asalmu berupa surat A5 beserta stempel PPS daerah asalmu untuk diajukan ke PPS di kota kamu merantau, kalau kamu anak UNS, berarti ke PPS Solo−yaiyalah.
4. Petugas PPS setempat akan menginput data kepindahan dan memasukkan kamu sebagai Daftar Pemilih Tambahan.
5. Jika tidak sempat mudik, mintalah keluarga/kerabat dekat untuk mengurus di daerah asal.
Ø Jika belum terdaftar di DPT daerah asalmu:
1. Datangi Ketua RT di sekitar daerah kost atau kampus.
2. Katakan/buktikan bahwa kamu belum terdaftar di DPT manapun dengan mencocokkan KTPmu dan hasil di web KPU.
3. Mintalah surat untuk menerbitkan nama kamu di DPT sekitar daerahmu sekarang.
4. Jangan lupa surat harus diketahui oleh Ketua RW setempat.
Ø Cek nama kamu di https://data.kpu.go.id Jika namamu sudah terdaftar di TPS tempat tinggal asalmu, segera urus pindah TPS dengan langkah sebagai berikut:
1. Datang ke Kelurahan tempat kamu terdaftar sebagai pemilih dengan membawa KTP dan KK−yang ini boleh diwakilkan.
2. Mintalah permohonan pindah pilih ke panitia PPS di kelurahan/desa mu
3. Bawa surat pindah PPS dari daerah asalmu berupa surat A5 beserta stempel PPS daerah asalmu untuk diajukan ke PPS di kota kamu merantau, kalau kamu anak UNS, berarti ke PPS Solo−yaiyalah.
4. Petugas PPS setempat akan menginput data kepindahan dan memasukkan kamu sebagai Daftar Pemilih Tambahan.
5. Jika tidak sempat mudik, mintalah keluarga/kerabat dekat untuk mengurus di daerah asal.
Ø Jika belum terdaftar di DPT daerah asalmu:
1. Datangi Ketua RT di sekitar daerah kost atau kampus.
2. Katakan/buktikan bahwa kamu belum terdaftar di DPT manapun dengan mencocokkan KTPmu dan hasil di web KPU.
3. Mintalah surat untuk menerbitkan nama kamu di DPT sekitar daerahmu sekarang.
4. Jangan lupa surat harus diketahui oleh Ketua RW setempat.
Jadi udah nggak ada lagi
alasan untuk nggak milih di Pemilu 2014. Ingat! 5 MENIT UNTUK 5 TAHUN! Ayo gunakan hak pilihmu, dan #AmbilBagian untuk perbaikan Indonesia!
Jangan tanyakan apa yang negara sudah berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang sudah kau berikan untuk negara−Ir. Soekarno
No comments:
Post a Comment