Akhirnya sampai juga di kamar dengan secangkir teh hangat yang tetap tawar seperti biasanya, dengan Adam Levine yang menyanyikan lagu demi lagu di album "Hands All Over" setelah berpacu dengan waktu, berspekulasi dengan kendaraan lain di jalan sambil sesekali melirik jarum penunjuk speedometer yang jarumnya tak berlari dari angka 60.
Solo malam ini dingin, cukup dingin untukku yang punya alergi dingin, cukup dingin untuk membuatku memakai tanktop ditambah kaos oblong ditambah cardigan ditambah jaket tebal ditambah sarung tangan dan kaos kaki, juga masker untuk menembus angin semberibit yang sedari tadi terus menelisik masuk ke dalam pakaian yang kukenakan, menggelitik kulit.
Solo malam ini cukup sepi jika dibandingkan dengan malam-malam biasanya. Entah ke mana perginya anak-anak muda penghias kota kala malam itu yang membuat Solo menjadi lebih semarak―untuk yang ini aku tidak keberatan menjadi sekedar penonton atau orang yang lewat di jalanannya saja. Mungkin karena ini malam Senin, dan orang-orang sudah menarik selimut mereka hingga ke leher dan terjun ke dunia mimpi untuk menyambut Senin yang akan hadir beberapa menit lagi.
Namun, Solo selalu punya cerita, cerita-cerita yang muncul kapan saja saat potongan peristiwanya tertangkap oleh kedua bola mata ini. Cerita-cerita yang tak bisa aku telan bulat-bulat sendiri, untuk itu aku bagikan di sini. Jadi begini, .... Sebentar aku seruput teh hangatku dulu, keburu dingin.
Sore ini, kata-kata yang cukup membuatku tergerak untuk menulis tentangnya adalah kata-kata yang keluar dari seorang kakak senior saat aku mengikuti sesi interview untuk screening sebuah organisasi pergerakkan di universitas, kata-katanya sederhana,
Di sini semua tentang passion, kita juga nggak mau masukkin kamu ke kementrian atau divisi yang bukan passion kamu, walau kemungkinan ada, tapi yang kita prioritaskan tetap yang kamu pilih. Sekali lagi, ini tentang passion kamu. ―Fajar Baskoro
Passion. Siapa tak mengenal passion? Sebuah kata yang berarti kegemaran, semangat dan lain sebagainya yang menggambarkan sebuah perasaan kuat yang kita miliki akan suatu hal. Passion tumbuh dalam diri seorang individu, dapat dilihat melalui hasil karya maupun kinerja yang dilakukan oleh individu tersebut.
Passion yang dibilang telah menjadi bagian dari diri kita, siapa bilang tak mungkin memunculkan suatu masalah? Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, masalah biasanya datang saat passion yang kita punya berbenturan dengan mindset seseorang, kultur lokal ataupun kebiasaan.
Sebuah contoh kecil, ada seseorang yang kita sebut saja namanya X, dengan hobinya menulis, membaca buku-buku sastra, ia tertarik untuk melanjutkan studinya ke jurusan Sastra Indonesia. Ia yakin, ia akan berkembang di sana, bahkan ia berani bermimpi bahwa ia akan menjadi orang yang menelurkan buah karya yang tak habis dimakan zaman seperti milik Chairil Anwar atau Pramoedya Ananta Toer. Sayang seribu sayang, orang tuanya tidak memiliki pandangan yang sama dengan X, orang tuanya percaya melanjutkan ke jurusan Tekniklah yang terbaik. Lebih berprospek dan lebih menjanjikan finansial X di tahun-tahun ke depan. Jika kau menjadi X, kira-kira mana yang akan kau pilih?
Pilihan sulit? Memang, dengan kultur Indonesia yang sedemikian rupa, membuat segelintir anak kurang bebas dalam menentukan sendiri masa depannya. Orang tua seringkali berpikir pilihannyalah yang terbaik bagi si anak, walaupun memang tidak bisa dipungkiri setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka, itu juga tidak salah. Namun, seringkali ego yang dimiliki orang tua justru menggusur kebebasan anak dalam membangun jalannya sendiri. Seringkali, orang tua terlalu bersemangat menyediakan material, kerikil, semen, batako atau air guna membangun jalan menuju masa depan si anak, namun lupa tujuan akhir yang sesungguhnya diinginkan si anak. Aku, jadi teringat sepatah dua patah kata yang diungkapkan Kahlil Gibran,
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmuMereka adalah putra-putri kehidupanKau bisa berikan kasih sayangmuTapi tidak pikiranmu―Kahlil Gibran
Orang tua wajib memberikan wejangan-wejangan yang baik untuk anak-anak mereka, namun harus disadari lagi, anak memiliki hak mereka sendiri untuk menolak ataupun menerima wejangan tersebut. Dan tentu saja, apapun keputusan yang diambil, keluarga tetap menjadi rumah bagi si anak, kapanpun dan bagaimanapun kondisinya.
Passion is energy. Feel the power that comes from focusing on what excites you―Oprah Winfrey
Passion adalah energi. Tidak heran saat mas Fajar mengatakan "... kita juga nggak mau masukkin kamu ke kementrian atau divisi yang bukan passion kamu", karena pasti ia juga paham bahwa mereka yang bekerja atas dasar passion tidak akan pernah merasa lelah, apapun yang dikerjakan dengan suka hati pasti akan membawa hasil yang maksimal dan kepuasan tersendiri bagi yang mengerjakannya. Itulah yang diinginkan organisasi ini saat menyaring calon pengurusnya dan menempatkannya sesuai dengan passion mereka masing-masing, apalagi kalau bukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan terbaik dari masing-masing divisi atau kementrian.
Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life―Confucius
Passion, passion, passion. Apa yang aku lakukan sekarang juga karena passion. Pikir saja sendiri, siapa pula yang sudi begadang hingga lewat tengah malam hanya untuk menulis satu atau dua pos di blog yang entah ada pengunjungnya atau tidak walau harus bangun pagi keesokan harinya? Namun, itulah passion, membuatmu melakukan apa yang kau suka walau kadang terdengar ekstrem atau berat, tetapi tidak pernah membuatmu merasa kesusahan karenanya, justru kepuasan yang kau dapat setelahnya.
Lalu, bagaimana jika satu saat nanti ada yang tidak peduli dengan passion kita dan memaksakan kehendak mereka? Pertanyaan yang kedengarannya akan membuat siapa saja merasa insecure jika ada di kondisi yang sama.
Sometimes It's good to break the rules―Sean(Step up 4 Revolution)
Sekarang kembali ke mereka yang menerima pertanyaan itu, beranikah bilang "tidak" lalu melanjutkan hal-hal yang sesuai dengan passion yang dimiliki, berkarya di dalamnya, atau mengikuti apa saja yang orang lain inginkan? Aku pribadi telah melakukannya satu kali, yang pertama saat memilih jurusan saat SMA, keluarga menginginkanku masuk ke jurusan IPA, mereka berpikir, jurusan itulah yang terbaik dengan prospek kerja yang menjanjikan blahblahblah, walau nilaiku mencukupi, namun aku lebih memilih jurusan IPS, aku salah satu orang yang percaya kepada passion. Kecewa dari pihak yang ditolak sugestinya pasti ada, namun setelahnya adalah bagaimana kita bisa memberikan pembuktian kepada mereka bahwa apa yang kita pilih memang pilihan yang benar. Lagi pula, aku lebih memilih menjadi orang yang 'cemerlang' dengan hal-hal yang aku sukai dibanding dengan menjadi salah satu dari 1000 manusia yang berusaha menyenangkan orang lain melalui pilihan hidup yang bahkan tidak kita sukai. Hasilnya? Aku juga tetap berprestasi, memenangkan lomba debat walau hanya tingkat kabupaten dan mendapat medali perak untuk lomba karya ilmiah di tingkat provinsi, juga ikut serta di dalam konferensi internasional di Bandung. Suatu hal yang tak mungkin bisa aku dapatkan jika aku masuk ke jurusan yang tidak bisa memberiku stimulus untuk berkembang. Pembuktian macam itulah yang akhirnya dapat memberikan pandangan baru kepada keluarga untuk mempercayakan urusan memilih(walau tetap terus dibimbing) pilihan-pilihan krusial dalam hidupku, akhirnya. Lagi pula, kita tidak akan pernah bisa selalu menyenangkan semua orang bukan?
Kini pilihannya ada dua, apakah kau akan mengikuti passionmu untuk membentuk masa depanmu atau memberikan kesempatan itu kepada orang lain utnuk melakukannya? Yang jelas, seiring bertambahnya umur, pilihannya bukan lagi antara manisnya gula atau pahitnya buah pare, tetapi tentang memilih antara roti bakar coklat atau roti bakar keju, yang keduanya sama-sama enak dan irresistible―Anindya Roswita
Kuliah pertama di semester 2, pukul 7.30 WIB. Aku tidak boleh terlambat. Selamat malam dunia, selamat beristirahat dan berkarya di keesokan harinya dengan passion kita masing-masing :)
NB: Ingatkan aku untuk mengganti lampu utama motor, sinar jarak jauhnya sudah mulai meredup.
Blogwalking kak Bhawara-IT
ReplyDelete