Judul pos ini dipopulerkan oleh salah satu kakak, teman, inspirator saya di
BEM UNS, Mbak Titis, Menteri SOSMA, yang ceria, suka naik gunung tapi juga
ukhti yang sholehah. Sampai saat saya benar-benar lelah, saya Cuma ingat
kata-kata ini saja dalam hati. Makasih Mbak Tis.
Perjalanan selama dua hari di Segorogunung untuk kegiatan LDK di Fakultas
saya memang tidak biasa. Banyak sekali nilai plus-plus yang saya dapatkan dari
sana, teman-teman baru dari angkatan 2014, target baru untuk dicapai, pelajaran-pelajaran
baru, atau hal-hal remeh lainnya seperti “asiiik
gue bisa nih naik di jalanan kayak gini pake rok” atau “karena gue gak boleh muncak, ini jadi simulasi muncaknya Anin ajalah.”
Kata Bang Azhar, menulis itu merapikan kenangan, kini saya tambahkan lagi
definisi saya tentang menulis. Menulis itu melampiaskan rasa lelah. Semoga pos
ini tidak semelelahkan kelihatannya.
...
Kemudian saya merebahkan badan saya di atas rerumputan,
menghadap ke langit dengan dipayungi pohon-pohon yang menjulang tinggi di atas
saya. Subhanallah, akhirnya bisa kayak gini, melihat ke langit luas, mengagumi
karyaNya, dan berkumpul dengan saudara-saudara demi mempererat ukhuwah.
Saya suka langit, dia terlihat kuat, perkasa, tapi juga
lembut dan meneduhkan. Tapi entahlah, saya belum lihat langit saat sedang ada
Tornado, jadi saya belum tahu saya masih akan menyukainya atau tidak nanti. Entah
berapa kali theme song kebanggaan saya saat melihat langit dengan pohon-pohon
atau gedung-gedung yang saya tangkap menjadi lebih indah lagi dengan lagu itu,
Sweet disposition dari The Temper Trap.
Melihat langit dan memandanginya itu seperti melepaskan segala
kelelahan yang selama ini bergelayut di pundak-pundak saya. Seperti mempertemukan
mata dengan Tuhan di atas sana dan bercerita tanpa banyak kata dan membiarkan
hati yang berbicara, “Ya Allah, Anin capek.” Beauty heals. Memang sepertinya sepele, tetapi belaian angin sore,
empuknya rerumputan, suara serangga hutan yang serupa dengan yang ada di film
Petualangan Sherina saat pencarian Saddam dan Sherina, dan segala keindahan
lainnya yang tak akan mampu saya sebutkan semuanya. Rasa lelah itu pergi dibawa
angin yang membelai kerudung, meresap jauh ke dalam tanah saat kita merebahkan
diri di atas rerumputan, menguap oleh sinar matahari, dan rontok melalui kepala
pada sujud-sujud kita setiap sholat.
Lelah
itu hilang saat kita bersyukur−Anindya Roswita
Setelahnya adalah tentang permainan pola pikir dalam
menyikapi lelah. Terkadang kondisi sangat rumit untuk disiasati, dan akhirnya
adalah memang pikiran kita yang harus disiasati. Untuk saya, berpikir positif
adalah salah satu siasat untuk mengelabuhi logika yang mengatakan berkali-kali “koe ki lelah, lereno.” Semacam
kata-kata yang memanjakan siapa saja kalau saya boleh bilang. Saya menolak
untuk berhenti, setidaknya untuk saat ini. Menurut saya ini bukan waktu yang
tepat untuk berhenti. Boleh lah, duduk sebentar sambil ngupi-ngupi, tapi tidak lama. Saya ingat kalimat teman saya, Desta;
inspirator lainnya dalam hidup saya, pernah mengatakan, “Semangat ya teman-teman, kita nanti istirahatnya di surga aja :)”
Sederhana tapi mengena. Setiap perjuangan yang kita lakukan di dunia ini pasti
akan ada imbalannya, entah itu hal yang baikkah atau hal yang burukkah, Allah
juga sudah menerangkannya di Al Quran. Segala bentuk kelelahan kita dalam jalan
dakwah, jalan kebaikan, pasti akan diberi imbalan yang setimpal sesuai dengan
niat awal kita, untukNya, untuk kepentingan umatNya, untuk beribadah kepadaNya.
Saya pribadi, saya tidak pernah berpikir bahwa apa yang
saya lakukan adalah sebuah kesibukkan. Karena kesibukkan itu sendiri identik
dengan seuatu hal yang memberatkan, penuh dengan tekanan, sesuatu yang tidak
menyenangkan. Saya lebih suka menyebutnya “mengisi waktu luang.” Kenapa? Coba ingat-ingat
lagi kegiatan-kegiatan yang kita lakukan untuk mengisi waktu luang, pasti
hal-hal yang memang menyenangkan, santai, atau terdengar lebih bersahabat.
Lelah itu ada dua, lelah fisiknya dan lelah pikirannya. Jika sugesti kita
tentang menghadapi rasa lelah itu berhasil, kita sudah bisa mengurangi
kemungkinan kelelahan pikiran bukan? Sedangkan kelelahan secara fisik bisa
disembuhkan in shaa Allah dengan tidur cukup, makan makanan yang bergizi, atau dengan
mengkonsumsi vitamin.
Selamat pagi, selamat melanjutkan perjuangan
Ingat, peluh yang kita keluarkan itu kadang godaan
Jangan takut untuk merasa lelah
No comments:
Post a Comment