Sunday, September 21, 2014

Saya Dalam 'Perjalanan'

"Jangan bohongi proses" (heard somewhere)
"Nikmati saja prosesnya" (heard somewhere)
Dan kalimat-kalimat lainnya yang secara random saya dengar entar di mana atau siapa saja yang membicarakannya. Semuanya membicarakan tentang proses. Bagaimana pun saya percaya, life is a never stop learning phase. Dan selama itulah fase proses akan selalu ada. 

Pernah satu waktu saya bercerita tentang adik yang coba saya arahkan untuk berpakaian seperti layaknya muslimah. Saya merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik adik apalagi setelah perginya Si Bapak. Tapi murobbi saya hanya menjawab "Kita memang harus tetap menuntun, tapi biarkan dia pada prosesnya." Saya lupa, beberapa tahun yang lalu bagaimana saya berpakaian atau bersikap. Yang bebal menolak menggunakan kerudung lah, atas alasan prinsip, dan lain sebagainya, now I see, it takes a perfect time to face the process itself. Semoga saya tetap menjaga hidayah yang sudah diberikanNya. 

Ya, menjaga hidayah. Seringkali saya mendengar orang-orang berkata "belom dapet hidayah nih" atau "nunggu hidayah dulu lah". Saya tidak setuju dengan kalimat-kalimat itu, walau mungkin dulu saya juga yang mengatakan salah satu di antaranya. Saya hanya tersadar saja, selama ini saya telah salah pikir, ini lebih parah dari sekedar salah fokus, karena salah pikir bisa membuat kitta memiliki prinsip yang salah pula.
Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Kalau udah dapat, ya dijaga. Kalau tidak, bisa hilangAnindya Roswita
Melihat fenomenanya, terang saja banyak orang yang tadinya berhijab kemudian melepasnya, atau orang yang punya jabatan tinggi atas kerja kerasnya justru terjerumus dalam liang korupsi, dan lain sebagainya. Itulah, mengapa  hidayah harus dijaga, seperti benih yang ditanam, harus terus disirami agar ia tumbuh subur dan memberi manfaat kepada banyak orang. Dijaga dengan terus mencari illmu, dengan terus mendekatkan diri padaNya, dengan terus mensyukuri nikmatNya dan senantiasa beristighfar atas segala kesalahan yang entah sadar atau tidak kita lakukan.

Saya cukup menyesal karena tidak benar-benar mempelajari Islam dengan benar, mengingat saya terlahir sebagai muslim seharusnya saya sudah paham tentang banyak hal, tapi bahkan saya baru menutup aurat setelah berumur 17 tahun, astagfirullah :( Tapi, semangat untuk tidak ingin menjadi saya yang dulu itulah langkah awal untuk memulai perjalanan proses saya. Semangat berproses, memperbaiki diri, mencari jati diri, mencari alasan, dan......memantaskan diri(?)

Beberapa minggu yang lalu saat Denali, salah satu sahabat saya di Cawetranger datang ke rumah Mbah Uti di Solo. Dia mengatakan betapa berubahnya saya semenjak terakhir dia melihat saya saat Acara Wisuda SMA. Diakui atau tidak, fakta bahwa perubahan saya bukan yang tentang saya lebih menggelembung, memang tidak bisa dipungkiri. Dari dulu saya yang tidak pernah memakai rok kecuali untuk sekolah, atau pakai selembar kerudung paris yang saya selampirkan di pundak, atau tetap saja misuh-misuh kalau kesal melanda. Manusia yang paling merugi adalah manusia yang mendapati dirinya hari ini sama seperti dirinya yang kemarin, semoga saya tidak salah kutip. Itulah saya, saya ingin menjadi orang yang lebih baik dari hari kemarin. 

Saya ingat kata Mama liburan kemarin, "Anin sekarang kerudungnya dobel? Udah seneng pake rok? Pake kaos kaki juga? Bagus nin, cantik." Namanya perempuan, tetap saja tersanjung kalau dibilang cantik sama siapapun, tak terkecuali dari ibu sendiri. Yang lebih membahagiakan, walau Mama tidak seperti ini, paling tidak beliau menerima saya yang seperti ini. 

And tell the believing women to reduce [some] of their vision and guard their private parts and not expose their adornment except that which [necessarily] appears thereof and to wrap [a portion of] their headcovers over their chests and not expose their adornment except to their husbands, their fathers, their husbands' fathers, their sons, their husbands' sons, their brothers, their brothers' sons, their sisters' sons, their women, that which their right hands possess, or those male attendants having no physical desire, or children who are not yet aware of the private aspects of women. And let them not stamp their feet to make known what they conceal of their adornment. And turn to Allah in repentance, all of you, O believers, that you might succeed. (Q.S An-Nur:31)
Perintah untuk menutup aurat itu turunnya langsung dari Allah SWT, lantas yang membuat saya berpikir adalah, kenapa dulu sangat keukeuh dengan prinsip saya yang jelas-jelas menentang kewajiban dari-Nya? Siap atau tidak, kewajiban tetaplah kewajiban, dan menutup aurat adalah kewajiban. Seharusnya kita para muslimah merasa beruntung karena bebas memakai kerudung karena agama Islam diakui dan kebebasan beragama tidak juga dibatasi oleh pemerintah. bagaimana jika kita ada di Paris yang dibebani pajak lebih mahal bagi mereka yang mengenakan kerudung? Jalani saja prosesnya, dimulai dari membiasakan diri menggunakan celana panjang dan baju longgar, kemudian celana diganti rok panjang, kemudian berkerudung, kemudian menurunkan kerudung hingga ke dada, dan terus mempelajari Islam from time to time. Jalani saja prosesnya, rasakan nikmatnya berproses, cepat atau lambat, pastikan kita tahu apa alasan kita dalam melakukan sesuatu. Lagi pula, kenapa harus berpikir beribu-ribu kali untuk menutup aurat? Padahal maksud dari kesemuanya tidak lain dari menjaga kita, calon bidadari Surga.

Sempat saya ditanyakan oleh teman saya di telpon, kurang lebih tentang "apakah kamu tidak takut dicap sebagai pemeluk agama yang fanatik terhadap agamanya?" Saya tersenyum memandang langit-langit kamar saya sambil sesekali membenarkan posisi headset, sambil mengingat-ingat apakah selama ini saya pernah takut?

"Fanatik itu seperti kamu yang suka musik jazz, kamu pelajari segala intrumennya, kamu pelajari gaya-gaya bermain genre jazz dengan intrumen itu, kamu tahu semua penyanyi jazz dari lokal hingga internasional, kamu dengarkan musik-musik jazz sampai di handphonemu hanya ada musik jazz, hanya jazz. Kamu nggak mau nerima jenis musik lain, kamu nggak mau menganggap mereka ada. Itu Fanatik menurut aku. Tapi selama ini, yang aku dapatkan nggak seperti itu, kakak-kakak di organisasiku juga nggak begitu. Mereka yang katamu terlihat fanatik tetap memperjuangkan nasib golongan yang bukan dari golongannya. Aku malah jadi bingung kenapa bisa terlihat fanatik saat ternyata toleransi mereka juga sama besarnya, bahkan mungkin lebih peka terhadap sekitar. Itulah mengapa Islam itu menyeluruh, karena semuanya mendapat berkah dari Allah, hanya saja, ada yang berkahnya hanya sampai di bumi, tapi ada yang terus sampai nanti di kehidupan setelah ini. Islam kan juga mengajarkan kita untuk punya hubungan yan baik nggak hanya ke Allah tapi juga ke sesama manusia, that's why."

Dan ia bilang "Kamu banyak berubah nin, dan aku seneng sama perubahanmu.." Kita memang harus berubah sob, kita nggak boleh jadi manusia yang sama kayak kemarin tanpa progress, kita harus jadi kepompong yang siap jadi kupu-kupu, dan sekarang ini tahap persiapannya. Di tengah itu semua, saya juga masih belajar, saya tetap bertanya tentang hal-hal yang mungkin akan sangat sepele bagi beberapa orang, saya ingin terus mencari alasan-alasan lainnya yang akan membuat saya dekat denganNya..

Jangan beri tahu alasan kenapa seseorang harus melakukan sesuatu, tapi bantu mereka menemukan alasan kenapa mereka harus melakukan sesuatu-Anindya Roswita
Pos ini cukup tentang saya saja yang selama ini telah lama meninggalkan tab "Entri Baru"..
Pos ini biarkan blog saya menjadi panggung saya sendiri..
Pos ini memang tentang saya yang sedang dalam perjalanan menuju ridhoNya..

Selain karena saya ingin berdamai dengan Tab "Entri Baru" yang terus-terusan membuat saya gelisah karena tidak juga menulis di malam-malam sendiri atau di waktu-waktu senggang saya, tulisan ini juga bermaksud untuk menjadi pengingat saya di waktu lain entah kapan, boleh juga untuk sekedar sharing dengan teman-teman semua, jika ada bagian-bagian yang menyinggung, maafkan saya ya :)


Selamat Malam Menjelang Pagi Kawan dalam Perjalanan