Indonesia. apa sih yang kamu pikirkan saat pertama kali kamu mendengar kata Indonesia? Luas? Besar? Kaya? Banyak ya yang bisa didefinisikan dari Indonesia dalam satu kata. Dengan beribu-ribu pulau yang Indonesia miliki, sebagai negara kepulauan terbesar sedunia dengan lebih dari 17000 pulau di dalamnya, berbagai struktur dan kondisi tanah, cuaca, makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, sudah terbayangkan betapa kayanya Sumber Daya Alam yang ada di negara ini.
Namun, akhir-akhir ini, banyak hal yang membuat saya bergeming. Terutama saat Headline di acara-acara berita menjadi "INDONESIA DIKEPUNG BARANG IMPOR". Merasa miriskah kamu yang membaca? Saat ratusan petani turun ke jalan untuk meminta keadilan. Saat para petani turun ke jalan meminta Pemerintah untuk tidak terlalu banyak mengimpor komoditas dari luar.
Menurut saya ini sangat ironis, di mana waktu saya masih kelas 3 SD, Guru SD saya mengatakan tentang kekayaan SDA Indonesia yang tidak bisa dipungkiri lagi dan menyatakan bahwa Indonesia adalah sebuah Negara Agraris. Mungkin baru Indonesia, sebuah negara agraris yang para petaninya malah hidup di tingkatan paling bawah.
Mungkin bisa dikatakan, penduduk Indonesia adalah jenis-jenis orang yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Bisa kita lihat, dengan beragamnya SDA Indonesia yang beragam di setiap daerah, tetapi dari Sabang sampai Merauke tetap memakan Beras/Nasi sebagai makanan pokok. Terdengar memaksakan kalau menurut saya. Padahal tidak semua daerah di Indonesia memiliki tipe tanah yang cocok untuk menanam Padi. Akhirnya, semua orang menuntut beras, sedangkan hasil produksi beras dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan lebih dari 230 juta penduduk di Indonesia, dan pada akhirnya lagi, kita harus mengimpor bahan pangan dari luar negri. Satu sisi, hal ini baik karena setidaknya kebutuhan negara dapat tercukupi, namun, di sisi lain, kegiatan impor beras juga dapat mematikan petani kecil, karena hasil produksi mereka tidak dilihat oleh penduduk Indonesia yang beralih kepada Beras Impor. Diawali dengan kegiatan impor beras, lalu beralih dengan impor-impor komoditi lainnya, yang secara langsung mematikan petani-petani kecil di Indonesia.
Sekarang, berani kah kita untuk mengadakan diversivikasi pangan? Di mana setiap orang mulai memakan makanan pokok sesuai dengan kelebihan potensi daerahnya, sehingga kegiatann impor beras di Indonesia setidaknya dapat di minimalisir.
Beranikah pemerintah mengadakan diversivikasi pangan?
Beranikah masyarakat Indonesia?
No comments:
Post a Comment