Pada buku fiksinya kali ini, Andrea
kembali menceritakan kisah seorang anak yang gigih dalam menuntut ilmu dan
mempertahankan hidup. Seperti halnya novel Tetralogi Laskar Pelangi yang telah
sukses meraih banyak penghargaan baik di negeri sendiri maupun di kancah
internasional.
Buku ini menceritakan tentang Enong, seorang
anak perempuan yang harus menyambung hidup keluarganya yang ditinggal mati
ayahnya. Enong terpaksa harus mengubur dalam-dalam angan-angannya untuk
mencicipi dunia pendidikan setinggi-tingginya dan juga mengubur harapannya
untuk belajar bahasa Inggris yang mana adalah pelajaran yang paling disukainya.
Hari demi hari dihabiskannya di lading tamabang untuk mendulang timah untuk
menghidupi keluarganya. Namun, semangat tak pernah luntur, karena setiap kali
ia merasa ingin menyerah pada kerasnya nasib yang diberikan Tuhan kepadanya, ia
selalu melihat Kamus Bahasa Inggris 1
Miliar Kata yang diberikan ayahnya sebelum meninggal.
Tokoh-tokoh yang ada dalam novel Padang
Bulan sangat kuat dalam penggambaran karakteristiknya. Seperti Enong, salah
satu tokoh yang sangat kuat digambarkan sebagai sosok yang sangat gigih dan
pantang menyerah, serta kemaunnya untuk menuntut ilmu yang juga begitu tinggi.
Selain itu, tokoh Ikal yang pernah mewarnai novel Tetralogi Laskar Pelangi juga
masih hadir di sini. Andrea sungguh bisa membuat pembaca merasa seakan
benar-benar mengenal tokoh-tokoh di dalam novel ini.
Kekurangan dari buku ini adalah terlalu
banyaknya bagian di mana Andrea menceritakan tentang Ikal dan A Ling yang memberi
kesan bertele-tele dan sulit dipahami. Sehingga pada awalnya pembaca akan
dibuat sedikit bingung, karena setelah menceritakan tentang Enong dan
keluarganya, tiba-tiba muncul mosaik baru tentang kisah cinta Ikal dan A Ling,
namun, adanya keterikatan antara kedua cerita yang berbeda latar belakangnya
itu akan menjawab segala kebingungan yang hadir sebelumnya.
Novel ini tidak menggunakan bahasa yang
terlalu rumit untuk dimengerti, sehingga cocok dibaca oleh siapapun dari
kalangan pelajar hingga dosen sastra. Selain kalimat-kalimat yang menggugah
hati dan membuat kita berpikir sejenak tentang kondisi bangsa ini, Anndrea juga
sukses mengemas humor-humor khasnya yang ‘nyeleneh’
tetapi juga berkaca pada kebenaran/fakta yang terjadi di lapangan.
Buku ini sangat bagus untuk di baca.
Selain sebagai pembelajaran tentang nilai-nilai kehidupan, buku ini juga dapat
dijadikan gambaran tentang potret Belitong yang belum bisa keluar dari kemiskinan.
Untuk itu, tidak ada salahnya jika menyisihkan beberapa waktu untuk membaca
buku ini dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Dan berikut adalah beberapa kutipan yang saya sukai dari buku ini,
"Love walks on two feet just like a human being. It stands up on tiptoes of insanity and misery"-Puisi Bu Indri (Padang Bulan : 264)
"Cinta akan membawa pelakunya pada kegilaan dan kesengsaraan yang tak terbayangkan. Cinta, adalah sebuah tempat di mana orang dapat menyakiti dirinya sendiri. Cinta, dapat pada seseorang, atau pada cinta itu sendiri, dan keduanya mengandung bahaya yang tidak kecil."
-Ikal(Padang Bulan : 265)
"Kejarlah cita-citamu, Boi. Kau bisa menjadi apa saja. Pedagang, guru, seniman, tak soal. Namun, pesanku, jangan sekali jadi politisi, Boi. Nanti semua benda milikmu disangka uang dari rakyat."-Paman (PAdang Bulan : 273)
"Pasrah, hanya itu yang bisa kita lakukan. Pasrah sumerah. Terima saja kekurangan kita. Anggaplah itu semua berkah dari yang Mahatinggi, dan bersyukurlah atas apa yang ada pada kita."
-Detektif M. Nur (Padang Bulan : 279)
"Ini aku! Putra ayahku! Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukkan! Beri aku mimpi-mimpi yang tak mungkin karena aku belum menyerah! Takkan pernah menyerah! Takkan pernah!
Happy reading fellas! :)
-Ikal(Padang Bulan : 300)
No comments:
Post a Comment