Tuesday, October 14, 2014

Allah Tahu Lelahmu

Judul pos ini dipopulerkan oleh salah satu kakak, teman, inspirator saya di BEM UNS, Mbak Titis, Menteri SOSMA, yang ceria, suka naik gunung tapi juga ukhti yang sholehah. Sampai saat saya benar-benar lelah, saya Cuma ingat kata-kata ini saja dalam hati. Makasih Mbak Tis.
Perjalanan selama dua hari di Segorogunung untuk kegiatan LDK di Fakultas saya memang tidak biasa. Banyak sekali nilai plus-plus yang saya dapatkan dari sana, teman-teman baru dari angkatan 2014, target baru untuk dicapai, pelajaran-pelajaran baru, atau hal-hal remeh lainnya seperti “asiiik gue bisa nih naik di jalanan kayak gini pake rok” atau “karena gue gak boleh muncak, ini jadi simulasi muncaknya Anin ajalah.”
Kata Bang Azhar, menulis itu merapikan kenangan, kini saya tambahkan lagi definisi saya tentang menulis. Menulis itu melampiaskan rasa lelah. Semoga pos ini tidak semelelahkan kelihatannya.

...

            Kemudian saya merebahkan badan saya di atas rerumputan, menghadap ke langit dengan dipayungi pohon-pohon yang menjulang tinggi di atas saya. Subhanallah, akhirnya bisa kayak gini, melihat ke langit luas, mengagumi karyaNya, dan berkumpul dengan saudara-saudara demi mempererat ukhuwah.
            Saya suka langit, dia terlihat kuat, perkasa, tapi juga lembut dan meneduhkan. Tapi entahlah, saya belum lihat langit saat sedang ada Tornado, jadi saya belum tahu saya masih akan menyukainya atau tidak nanti. Entah berapa kali theme song kebanggaan saya saat melihat langit dengan pohon-pohon atau gedung-gedung yang saya tangkap menjadi lebih indah lagi dengan lagu itu, Sweet disposition dari The Temper Trap.





            Melihat langit dan memandanginya itu seperti melepaskan segala kelelahan yang selama ini bergelayut di pundak-pundak saya. Seperti mempertemukan mata dengan Tuhan di atas sana dan bercerita tanpa banyak kata dan membiarkan hati yang berbicara, “Ya Allah, Anin capek.” Beauty heals. Memang sepertinya sepele, tetapi belaian angin sore, empuknya rerumputan, suara serangga hutan yang serupa dengan yang ada di film Petualangan Sherina saat pencarian Saddam dan Sherina, dan segala keindahan lainnya yang tak akan mampu saya sebutkan semuanya. Rasa lelah itu pergi dibawa angin yang membelai kerudung, meresap jauh ke dalam tanah saat kita merebahkan diri di atas rerumputan, menguap oleh sinar matahari, dan rontok melalui kepala pada sujud-sujud kita setiap sholat.

            Lelah itu hilang saat kita bersyukur−Anindya Roswita

            Setelahnya adalah tentang permainan pola pikir dalam menyikapi lelah. Terkadang kondisi sangat rumit untuk disiasati, dan akhirnya adalah memang pikiran kita yang harus disiasati. Untuk saya, berpikir positif adalah salah satu siasat untuk mengelabuhi logika yang mengatakan berkali-kali “koe ki lelah, lereno.” Semacam kata-kata yang memanjakan siapa saja kalau saya boleh bilang. Saya menolak untuk berhenti, setidaknya untuk saat ini. Menurut saya ini bukan waktu yang tepat untuk berhenti. Boleh lah, duduk sebentar sambil ngupi-ngupi, tapi tidak lama. Saya ingat kalimat teman saya, Desta; inspirator lainnya dalam hidup saya, pernah mengatakan, “Semangat ya teman-teman, kita nanti istirahatnya di surga aja :)” Sederhana tapi mengena. Setiap perjuangan yang kita lakukan di dunia ini pasti akan ada imbalannya, entah itu hal yang baikkah atau hal yang burukkah, Allah juga sudah menerangkannya di Al Quran. Segala bentuk kelelahan kita dalam jalan dakwah, jalan kebaikan, pasti akan diberi imbalan yang setimpal sesuai dengan niat awal kita, untukNya, untuk kepentingan umatNya, untuk beribadah kepadaNya.
            Saya pribadi, saya tidak pernah berpikir bahwa apa yang saya lakukan adalah sebuah kesibukkan. Karena kesibukkan itu sendiri identik dengan seuatu hal yang memberatkan, penuh dengan tekanan, sesuatu yang tidak menyenangkan. Saya lebih suka menyebutnya “mengisi waktu luang.” Kenapa? Coba ingat-ingat lagi kegiatan-kegiatan yang kita lakukan untuk mengisi waktu luang, pasti hal-hal yang memang menyenangkan, santai, atau terdengar lebih bersahabat. Lelah itu ada dua, lelah fisiknya dan lelah pikirannya. Jika sugesti kita tentang menghadapi rasa lelah itu berhasil, kita sudah bisa mengurangi kemungkinan kelelahan pikiran bukan? Sedangkan kelelahan secara fisik bisa disembuhkan in shaa Allah dengan tidur cukup, makan makanan yang bergizi, atau dengan mengkonsumsi vitamin.
         
Selamat pagi, selamat melanjutkan perjuangan
Ingat, peluh yang kita keluarkan itu kadang godaan
Jangan takut untuk merasa lelah





No comments:

Post a Comment