Sunday, October 19, 2014

Angkringan dan Lamunan

Setelah kurang lebih 45 menit perjalanan dari kampus ke rumah dan berkontemplasi tentang di mana aku harus makan, akhirnya pilihanku jatuh ke Pak Lodhang. 

"Jahe ya pak."
 Iya jahe saja, malam ini aku ingin tidur cepat.

"Minum sini apa bungkus?"
Tumben Pak Lodhang menanyakan hal ini, padahal ini sudah lebih dari pukul dua puluh.

"Sini, Pak"

Ada dua orang bapak-bapak yang duduk di sisi barat gerobak kecil Pak Lodhang. Banyak juga yang mereka obrolkan. Sambil mengambil nasi teri, satu buah tahu bacem untuk malam ini tanpa dibakar, diam-diam aku ikut mendengarkan obrolan si Bapak dengan peci hitam, umurnya kurang lebih sudah empat puluhan tahun.

"Yo, uripke gur sarana dinggo mengko ning akhirat."
Ya, hidup itu hanya sarana untuk nanti di akhirat.
Si Bapak yang omongannya diiyakan Pak Lodhang dan satu rekan di sebelahnya sampai mengulangi kalimat ini tiga kali.

Sederhana sebetulnya, pun diajarkan di sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Tapi itulah angkringan. Keserdahanaannya memang tak pernah tak istimewa. Ingat postingan saya tentang angkringan? Ya, lagi-lagi angkringan membuat kita lebih dekat lagi dengan keadaan sosial masyarakat. Bahkan dalam posisi tidak terjun langsung ke dalam percakapan tersebut, Hanya menjadi pendengar yang budiman pun angkringan mampu mengajak siapa saja untuk membentuk satu frame yang "satu", kira-kira begitu kalau kata anak-anak organisatoris.

Sambil mengambil satu buah sate telur pindang, saya berpikir. bagaimana jadinya kalau nanti, anak-anak muda hanya menjadikan angkringan sebagai sarana untuk mencari makanan murah bukan untuk mengetahui apa saja yang tengah hangat dibicarakan di tengah masyarakat kita? Bagaimana jadinya jika nanti angkringan kita digantikan coffee shop("warung kopi" dalam versi yang lebih mewah,katanya)? Obrolan kita digantikan deretan kata di layar laptop atau suara kucuran air panas ke dalam gelas digantikan dengan musik jazz atau lagu-lagu top 40?

Akankah angkringan kita bertahan di tengah gerusan jaman?

Semua bisa hangat dengan kopinya atau dengan tehnya atau dengan coklatnya, segala minuman yang tidak hanya dijual di angkringan. Tapi, angkringan menyediakan satu yang tidak dijual di coffee shop manapun, obrolan.


Malam.





1 comment:

  1. Ini pertama kalinya gue berkunjung di blog ini. Bagus, blognya, bagus! Bagus banget malah. :D
    Tentang angkringan, gue juga lebih suka ngopi di angkringan (tidak dengan rokok). Lebih merakyat. Mulai dari harga dan suasananya.

    Oh iya salam kenal juga, ya! :D
    Gue ada di ghanawisnu.blogspot.com :)

    ReplyDelete